26/09/21
note : • bxb
• sevngjin x chnglix
• romance fantasy
• angst (?)
tags : baku, major character death, reincarnation, blood, murder
Odnoliub meaning: Russian word that means someone that has only one love in their life.
Siang itu matahari bersinar dengan sangat terik, membuat dua laki-laki yang tengah duduk dibawah pohon itu mengeluh tiada henti.
“Kak, disini panas, ayo cari tempat lain.”
“Dasar banyak mau, kau lupa? sejak tadi kau sudah menyeretku untuk berpindah tempat sebanyak 5 kali, Hwang Hyunjin.”
“Ayolah kak, ini yang terakhir, aku janji. Ku kira pohon disini cukup rindang untuk melindungi kita dari panas, ternyata masih kurang.”
“Memang, kau ini selalu saja merepotkanku, tau?”
“Aduh kak Changbin, kau pun samanya, selalu saja mengoceh dan mengeluh, kepalaku sakit mendengarnya.”
“Baiklah baiklah, ayo pindah. Bawa peralatan melukismu, cepat.”
“Kau memang terbaik, kak.” Hyunjin tersenyum lebar.
Kakak beradik itupun bersiap siap untuk mencari sebuah tempat yang berkriteria mempunyai pemandangan indah, berangin dan juga sejuk tentunya.
Setelah menempuh perjalanan dengan menunggangi kuda selama 20 menit, akhirnya mereka menemukan tempat yang mereka cari.
Sang adik turun terlebih dulu dari kudanya, “Wahh apakah ini di surga? indah sekali.” matanya berbinar.
Changbin menggelengkan kepalanya, “Jaga bicaramu, kau ini seakan-akan sudah meninggal saja. menakutkan.”
“Ahh iya, dasar cerewet. Maksudku aku hanya mengagumi tempat ini. Tapi, kak, kurasa aku belum pernah melihat tempat ini sebelumnya.”
“Akupun.” Jawab Changbin singkat sambil menelusuri tiap sudut dari tempat itu.
Hyunjin tidak berbohong, tempat itu bak gambaran surga yang sering orang bicarakan.
Tempatnya luas, sejuk, terdapat banyak bunga, dan— ahh demi apapun ini sangat indah, aku tidak bisa mendeskripsikan nya lebih lanjut.
“Hei, apakah kau akan melukis disini?” Tanya Changbin.
Hyunjin mengangguk, “Tentu saja! kapan lagi aku menemukan tempat seperti ini. Dan aku takut kalau saja tempat ini sebenarnya hayalan atau dunia lain, maka dari itu aku akan mengabadikannya di kanvas ku, kak!” Jawab Hyunjin dengan antusias.
Changbin berjalan menuju pohon yang sangat rindang, “Bicaramu ini dari tadi seperti orang mabuk. Dan, oh ya, jangan pergi terlalu jauh, aku akan istirahat disini dan mungkin akan tertidur sebentar.”
“Siap, pangeran!”
Selagi Changbin istirahat, Hyunjin tak ingin membuang waktu karena ia harus tiba di istana sebelum hari mulai gelap.
Setelah menyusuri tempat sekitar, ia menemukan spot yang ia sukai dan mulai mempersiapkan alat lukisnya.
Saat sedang menyiapkan alat lukisnya, Hyunjin menajamkan penglihatannya ke arah pohon di depannya.
Terlihat ada makhluk indah bersayap yang tengah duduk di pohon, membelakanginya.
“Astaga dewa, makhluk apa itu?”
Hyunjin terpaku akan keindahan dari makhluk tersebut. Dengan cepat ia torehkan cat itu ke atas kanvas membentuk sayap makhluk di depannya.
“Ahh tidak, aku harus memberi tahu Kak Changbin setelah ini.”
Setelah melukis, Hyunjin berjalan cepat ke arah Changbin untuk memberitahu apa yang dilihatnya barusan.
“Kak! Kak Changbin! bangun kak, sebentar saja.”
“Aduh kau ini, apa lagi? aku hanya ingin mengistirahatkan mataku sejenak.”
“Maaf kak, tapi ayo ikut aku, kau tidak akan percaya apa yang kulihat barusan!” Padahal Hyunjin belum mendapat persetujuan kakaknya, tetapi ia sudah beralih menariknya ke tempat yang dimaksud.
“Sstt jangan berisik kak, kecilkan suaramu dan coba lihat ke arah sana..” Kata Hyunjin sambil menunjuk ke atas pohon.
“Oh dewa! Apakah itu peri? ahh tidak aku masih mengantuk makanya aku jadi menghayal.”
Hyunjin memercikkan air ke wajah kakaknya itu, “Kau ini apa apaan?”
“Aku tidak bermaksud apa apa, kak. Aku ingin membuktikan bahwa yang kau lihat adalah benar.”
Akhirnya, Changbin pun tersadar bahwa apa yang dilihatnya adalah nyata, dan merekapun memperhatikan peri itu dari balik semak-semak.
Tuk
“Aaaa astaga apa ini,” Jerit peri yang dari tadi kakak beradik itu bicarakan.
“Kak, lihat! suaranya lembut sekali, bukan?”
“Kau benar, lihat, ada ulat jatuh di sayapnya.”
Peri itupun turun dan terbang tidak jauh dari pohon tersebut, “Hey, mau kemana dia?” Changbin menepuk pundak Hyunjin.
“Felix felix, bantu aku, ada sesuatu disayapku.”
“Tidak akan, sebelum kau memanggilku kakak.” Kata felix dengan nada mengejek.
“Ayolah, kita hanya selisih beberapa hari.”
“Mau kubantu atau tidak?”
“Baiklah, kak Felix tolong bantu aku,” Ucap Seungmin dengan nada terpaksa.
“Hahaha dengan senang hati, adikku.” dan Felix pun menyingkirkan ulat tersebut dari sayap Seungmin.
Sedangkan Changbin dan Hyunjin sedang terpana melihat dua peri kakak beradik itu yang sedang mengejek satu sama lain.
“Kak, coba lihat! mereka ada dua?”
“Peri itu sebenarnya ada banyak, tau...”
“Benarkah? apakah kita bisa melihat yang lainnya?”
“Entahlah, sepertinya ucapanmu yang tadi benar. Disini seperti dunia lain— kurasa ini dunia atau kawasannya para peri itu, makanya terlihat berkali kali lipat lebih indah daripada banyaknya tempat yang kita lewati tadi.”
“Kau benar kak!” Seru Hyunjin.
Menyadari seperti ada sesuatu dibalik semak, peri itupun mengecilkan ukuran tubuhnya dan bersembunyi dibalik dedaunan diatas pohon.
“Seungmin, kurasa tadi ada sesuatu, tidakkah kau merasakannya?”
“Kalau aku tidak merasakannya, tidak mungkin kau kuajak bersembunyi seperti ini, felix.”
Felix hanya tertawa pelan.
Tidak lama kemudian, benar saja— dua sosok manusia keluar dari persembunyiannya, dari balik semak.
“Mereka pergi kemana?”
“Jangan tanya aku.”
Dua peri itu mendengar percakapan keduanya yang tengah kebingungan mencari kemana makhluk indah yang tadi dilihatnya pergi.
“Ahh Seungmin, lihatlah, yang itu tampan bukan?” Felix menunjuk kearah Changbin.
“Benar, tapi yang satunya juga tampan.” sedangkan Seungmin menunjuk hyunjin.
“Felix, kau rasa— mereka manusia yang baik atau jahat?”
“Baik! aku bisa melihat auranya—” Mungkin Seungmin lupa bahwa saudaranya bisa mengetahui sifat seseorang berdasarkan aura yang dilihatnya.
Belum selesai bicara, tiba tiba, “Aaaaaaa ulat ini menjengkelkan sekali! mengapa ia besar sekali saat aku mengecil!” keseimbangan Seungmin hilang dan terjatuh.
Hyunjin yang menyadari ada sesuatu yang terjatuh pun segera menghampiri suara itu.
Jangan lupakan Seungmin yang masih dalam bentuk kecil. Hampir saja ia terinjak oleh sepatu Hyunjin jika saja Felix tidak menghentikannya.
“Stopppp, jauhkan langkahmu dari sini, mundur 3 langkah, cepat!” Hyunjin yang tercengang pun hanya mengangguk dan menurut, ia langkahkan mundur kakinya sebanyak tiga langkah.
“Aishhh, ayo bangun Seungmin, aduh kenapa pula tubuhmu lebih besar dari pada aku, padahal kau adikku.”
“Terima saja takdirmu dan bantu aku berdiri, kakiku sakit.”
“Biar kubantu,” Ucap Hyunjin.
Akhirnya Hyunjin pun mengangkat Seungmin di telapak tangannya dan berkata, “Astaga kau kecil sekali, kurasa tadi tidak sekecil ini.”
“Terserah aku!” Ucap Seungmin sinis.
“Galak sekali dia,” Sambung Changbin.
“Dia memang selalu seperti itu, oh ya, tolong letakkan dia di atas batu itu.” jelas Felix.
Hyunjin berjalan ke arah batu tersebut, sedangkan Changbin mendekat ke arah Felix.
“Hai, kau cantik.”
Felix tersipu malu, “T-terimakasih, kau juga tampan.”
“Namamu siapa?”
“Felix, kau?”
“Namamu indah, panggil saja aku Changbin.”
“Mulutmu sepertinya sangat terlatih untuk mengatakan hal itu ya? hahaha” Merekapun tertawa bersama.
“Felix, apakah ini kawasan peri?”
“Ahh benar, bagaimana kau bisa tau?”
“Tempat ini terlihat menakjubkan, seperti bukan dunia manusia.”
“Benar, para peri lain menjaga kawasan kami sebaik mungkin, dan jadilah seperti ini. Tapi aku heran, kata ibuku tidak sembarang manusia bisa masuk kesini.”
“Ah begitu rupanya— apa maksudmu sembarang manusia?”
“Aku tidak berniat menyinggung, tapi kata ibuku yang bisa lalu lalang dari dunia peri dan dunia manusia hanya keturunan kerajaan, kerajaan sebelah sana,” Kata felix sambil menunjuk ke arah barat. “Itupun mereka tidak boleh sembarang masuk kalau tidak ada keperluan mendesak, kau beruntung karena hari ini aku dan adikku lah yang menjaga kawasan ini. Jika peri lain— kau pasti sudah dilaporkan.” Sambung Felix.
“Benarkah? aku tidak tau itu. Dan kau tau? aku adalah pangeran mahkota dari kerajaan yang kau tunjuk barusan, dan itu yang sedang bersama saudaramu— adalah adikku, Hyunjin namanya.” Jelas Changbin.
Mata felix membola dan bibirnya membentuk huruf O tanda paham (dan sedikit terkejut)
“Terimakasih karena tidak melaporkan ku, kau baik!” ucap Changbin sambil menepuk kepala Felix.
Disisi lain, Hyunjin dan Seungmin nampak tidak akur.
“Hei kau! pelan pelan! sudah kubilang kakiku sakit.” Oceh Seungmin.
“Telingaku sakit karena kau berteriak teriak, tau tidak?”
“Kau menjengkelkan, pertama kau hampir menginjakku, kedua kau meletakkanku dengan kasar di batu ini, yang ketiga belum tau. Semoga saja tidak ada.”
“Salahmu sendiri kenapa kau kecil sekali tadi?”
“Sudah kubilang terserah aku, lagi pula kau kenapa bersembunyi di semak? seperti penyusup.”
Hyunjin terdiam kikuk, ia kira peri di depannya ini tidak tau menau tentang gerak geriknya sejak tadi.
“Ah sudahlah tidak apa, aku tau aku mengagumkan, bukankah begitu? hahaha” ledek Seungmin.
Hyunjin yang tengah melamun akhirnya mengangguk pelan, setelah kembali dari lamunannya ia menggeleng ribut, “Iya, ah tidak! kau jelek! kau menyebalkan.”
“Penglihatanmu ini bermasalah atau apa? tidak lihatkah aku seindah ini?!”
Dalam hatinya, Hyunjin ingin mencubit pipi peri tersebut karena terlewat gemas.
“Terserah kau, omong-omong namamu siapa?”
“Aku? aku Kim Seungmin, adiknya Felix! kau siapa?”
“Ohh aku, Hwang Hyunjin dari kerajaan sebelah barat.”
Mereka berempat pun berbicara panjang lebar sampai hari menjelang gelap.
Akhirnya pangeran kakak beradik itu lah yang meminta izin untuk pamit terlebih dahulu.
“Felix, Seungmin, aku dan adikku harus pulang karena hari mulai gelap. Senang mengenal kalian.”
Duo peri itu mengangguk semangat, “Akupun senang mengenal kalian, datanglah kesini saat jadwalku dan adikku yang berjaga”
“Ohh tentu, pada hari apa saja?”
“Hari rabu dan sabtu.”
“Baiklah, kami pergi dulu.”
“Hey seungmin! obati kakimu ya? Saat kita bertemu nanti, kakimu sudah harus membaik!” Ucap Hyunjin yang perlahan menjauh dengan kudanya.
( pertemuan ketiga )
Pada pertemuan selanjutnya,
“Hai felix!“sapa Changbin.
“Halo, bin! senang bertemu denganmu lagi. Kau sudah makan?”
“Sudah, tadi pagi mungkin?”
“Begitu rupanya.. aku membuat kue wortel! apa kau suka wortel? atau bahkan sebaliknya?”
“Tentu aku suka, aku bukanlah orang yang pilih pilih makanan seperti adikku.”
“Kak! aku dengar semuanya dari sini kalau kau lupa!” timpal Hyunjin.
ketiganya hanya terkekeh,
“Kemari, cobalah. Makan ini sambil berbincang.”
Changbin mengambil sepotong kue dan memakannya, dilanjut dengan Felix yang melakukan hal serupa.
“Fel, katamu waktu itu- tidak sembarang orang yang bisa masuk kesini? yang artinya hanya bangsa kerajaanku yang bisa, benarkah?”
“Mhm, benar, lalu?”
“Tapi aku bingung, jika bangsaku bisa masuk kesini, kenapa masih dibatasi aksesnya? maksudku kenapa tidak bisa setiap saat?”
“Kata ibuku, kerajaanmu dan kerajaanku membuat kesepakatan dengan ayahku, lalu..ahh aku tidak tau secara rinci apa isinya. Tapi tenang, aku diberitahu teman ibuku bahwa ada satu buku di kerajaanmu yang isinya sejarah masa lalu bangsamu dan bangsaku pada masanya.”
“Dimana letaknya? dan... ayahmu?”
“Ada di ruang buku kerajaanmu, kalau tidak salah bukunya berwarna keemasan dan di depannya terdapat permata berwarna merah. Itu hanya bisa dibuka oleh keturunan langsung dari kerajaanmu dan keturunan langsung dari kerajaanku.” jelas Felix
“Maksudmu, aku bisa membukanya?”
Felix mengangguk, “Benar. Kau, Hyunjin, Aku, maupun Seungmin bisa membukanya. Tapi entah kenapa hanya ada satu, bukankah tidak adil? aku bisa saja membacanya, tapi aku ingat tentang perjanjian itu.”
“Ahhh begitukah? kalau begitu aku akan membacanya dan akan kuceritakan padamu nanti.”
“Tentu, kau harus ceritakan semuanya. Dan tentang ayahku... iya, seperti yang kau pikirkan, ayahku itu telah hidup sangat lama. Sampai sampai bisa mengenal leluhur kalian, tapi sayangnya ia sudah tiada. Jika kau ingin tau penyebabnya, semua ada dalam buku itu, lengkap.”
“Maaf, aku tidak bermaksud...”
“Tidak apa.. aku tau.”
*
“Seungmin, kau tau sesuatu?”
“Tentang?”
“Aku. Aku bisa melukis.”
“Ahh itu... aku tau. Kau pernah melukis sayapku bukan?”
“Kau tau?” Hyunjin terkejut.
“Kau meletakkan lukisanmu dekat kuda waktu itu, dan aku melihatnya.”
“Kau keberatan jika itu kusimpan?”
“Keberatan!”
“Apa yang harus kulakukan? membawanya lagi kesini dan menyerahkan padamu?”
“Terlalu rumit, ajari aku melukis saja, itu cukup.”
“Baiklah, ayo, bantu aku menyiapkan alatnya.”
Sembari menyiapkan alat melukis, Hyunjin bertanya, “Seungmin, kenapa kau mau berteman denganku?”
“Kalau tidak menjadi teman, memangnya apalagi? menjadi sepasang kekasih?” jawab Seungmin santai
“Ide yang bagus, tapi rasanya kau belum menyukaiku.”
“Ya.. memang, tolong tunggu aku hahaha”
“Tenang saja. Kembali ke topik.. maksudku, kenapa kau tidak takut padaku? biasanya manusia enggan langsung memilih berteman dengan manusia lain yang baru ditemuinya.. ya, kau tau kan? takut nanti orang itu adalah orang jahat.”
“Oooo, aku paham. Biar kujawab, pertama, aku bukan manusia. Kedua, kakakku itu bisa melihat apakah seseorang itu benar benar baik atau jahat.”
“Benarkah?! pantas saja kau terlihat santai saat bertemu denganku dan kakakku.”
“Kalaupun jahat, aku tinggal mengecil lalu terbang.”
“Semudah itu ya? aku iri.”
“Tidak, tidak semudah itu. Aku ini bangsa peri yang tidak ditakdirkan menyakiti manusia atau makhluk lain, sekalipun untuk menjaga diri. Justru aku iri pada manusia yang bisa menggunakan kekuatannya, setidaknya untuk jaga jaga kalau sedang terancam.”
“Begitukah? jika bangsamu tidak bisa menyakiti, pasti ada bangsa lain yang ditakdirkan bisa menyakiti atau apapun itu... kau bisa minta bantuan padanya bukan?”
“Iya, itu hukum alam. Jika ada yang jahat, pasti ada yang baik. Jika ada yang memulihkan, pasti ada yang menghancurkan... dan sebagainya. Tapi sayang sekali, walaupun kami sama sama bangsa peri, kami tidak diperbolehkan ikut campur urusan masing masing bangsa. Bisa dibilang kami bertahan dan menggunakan apa adanya yang ditakdirkan untuk kami. Seperti bangsaku yang hanya bisa memulihkan, maka jika ada yang berbuat jahat- kami tidak bisa membalasnya, kami hanya bisa menghindari sumber bahaya tersebut dan nanti jika ada yang terluka karenanya, kami hanya bisa memulihkan. Entah fisik, kekuatan, maupun lainnya.”
“Kenapa seperti itu ya? kenapa kalian tidak diperbolehkan membantu satu sama lain? dan apa yang terjadi dengan bangsamu yang satunya?”
“Entah, akupun tak tau, tanya saja pada dewa. Bangsaku yang satunya? seperti kataku tadi, mereka bisa menghancurkan tapi tidak bisa memulihkan. Jadi jika terjadi pertikaian, mereka bisa melawan tapi tidak bisa memulihkan. Alhasil banyak dari mereka mati terluka, beda dengan bangsaku yang dapat bertahan hidup sangat lama.”
“Berapa lama?”
“Ratusan tahun, dan kau tau? ayahku itu mengenal leluhurmu, asal kau tau.” Seungmin menyombongkan dirinya.
“Astaga yang benar saja? aku bahkan belum pernah bertemu kakekku. Jika kalian bisa hidup selama itu, apa artinya kau juga sudah hidup sejak lama?”
“Enak saja, aku ini betulan masih muda, Hyunjin.”
“Hahaha bercanda, aku tau itu.”
Tidak terasa mereka mengonrol cukup lama sampai lukisan itu selesai.
“Ahh selesai, sini biar kubawa lukisanmu..” Ucap Seungmin.
“Ini lukisan kita, bawalah, simpan baik baik. Aku pulang dulu ya? sampai jumpa- Kak, tunggu aku!!”
“Sampai jumpa, hati hati dijalan.”
Sesampainya di istana, Changbin memberi tau Hyunjin apa yang dia bicarakan dengan Felix tadi dan mengajaknya ke ruang buku untuk mencari buku yang dimaksud.
Setelah lumayan lama mencari, mereka akhirnya menemukan buku itu. Di usapnya permata merah tersebut- buku itu terbuka dengan sendirinya. Merekapun mulai membaca buku itu dengan teliti.
”... Raja Seo II berkhianat kepada bangsa peri pada masa Raja Lee dan melanggar janji yang dibuat sejak awal. Sejak itu masing-masing pihak menjaga jarak satu sama lain. Sepeninggal Raja Seo II, tahta digantikan oleh Raja Seo III dan seterusnya. Sampai akhirnya Raja Seo X yang menjadi keturunan terakhir dinasti Seo dan memiliki seorang Putra Mahkota bernama Seo Changbin.
Pada masa pemerintahan Raja Seo X, Ia memutus semua hubungan tidak baik pada bangsa peri dan memilih untuk berdamai.
Bangsa peri menerima ajakan perdamaian tersebut, tetapi bangsa peri mengajukan syarat untuk tetap menjaga jarak karena ditakutkan hal yang sama akan terjadi kemudian hari, sebagai gantinya ia tidak akan menutup akses dari dunia manusia ke dunia peri dan sebaliknya.
Tidak lama setelah perdamaian berlangsung, Raja Seo X meninggal dunia.
Kemudian, permaisuri alias istri dari Raja Seo X dinikahi oleh Raja Hwang dari kerajaan Timur dan melahirkan anak laki-laki bernama Hwang Hyunjin...”
Setelah membaca kutipan dari buku mereka beralih menjadi saling tatap, “Itu sebabnya kak, marga kita berbeda..”
“Bodoh kau, bukankah waktu itu sudah diberi tahu bahwa kau dan aku tidak berasal dari satu ayah?”
“Yang benar? aku tak ingat”
“Apa yang kau ingat Hwang Hyunjin, yang terpenting bukan itu..”
“Kak, berarti yang membunuh ayah mereka.. leluhur kita?”
“Tidak, itu leluhurku, jangan campuri dirimu dalam masalah ini, leluhurku yang jahat. Ayahmu dan leluhurnya tidak sejahat itu.”
“Yaa... semoga saja.”
Setelah membaca keseluruhan kisah itu Changbin memutuskan untuk menemui Felix, tanpa ditemani Hyunjin maupun Seungmin.
“Hai bin, kenapa raut wajahmu seperti itu? ada sesuatu kah?”
“A-aku sudah baca.. maaf.”
“Baca apa? —”
“Ohh, tidak Changbin, itu bukan salahmu. Anggap saja ini takdir, lagipula itu sudah terjadi, tidak perlu disesali.” sambung Felix.
“Tetap saja.. kenapa kau tidak membenciku? aku keturunan langsung dari orang yang membunuh ayahmu, fel.”
“Untuk apa aku membencimu? yang membunuh ayahku kan bukan kau, lagipula membencimu tidak akan membuat ayahku kembali, kan? jadi ayolah berbicara seperti biasa, jangan ada rasa canggung lagi.”
Changbin tersenyum, “Terimakasih fel”
Mereka kira, kejadian puluhan tahun lalu sudah mereda dan tidak ada salahnya untuk pergi ke perbatasan, toh kami hanya bermain. Pikirnya.
Ternyata tidak, Raja Hwang tidak menyukai kedua anaknya berteman dengan para peri itu. Setelah dicari tau ayahnya ternyata berencana melakukan hal yang sama seperti Raja Seo II dahulu.
Raja Hwang memperingatkan anak anaknya untuk menjauhi mereka, namun kedua anaknya keras kepala dan tidak mau patuh.
Disisi lain, ibu dari Felix dan Seungmin juga memperingatkan mereka, “Nak, sudahi semuanya.”
“Sudahi apa bu?” Tanya felix bingung.
“Sudahi menemui dua pangeran itu, ibu takut. Memang benar kita sudah berdamai, namun kita tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.”
“Dua pangeran itu anak yang baik, ibu..” Kata Seungmin lemas.
“Ibu tau, kakakmu pun tau, tapi ancaman bisa datang dari mana saja. Bukan dari mereka, namun dari sekitar mereka, itu yang ibu takutkan.”
Namun kedua pihak– baik dari peri bersaudara maupun pangeran bersaudara enggan untuk patuh.
Mendengar hal itu, Raja Hwang geram karena semua cara sudah ia lakukan, mulai dari mengurung dua putranya, menjadikannya seperti tahanan, dan sebagainya.
Karena sudah tidak ada cara lain, Raja Hwang akhirnya memutuskan untuk membunuh dua peri kakak beradik itu terlebih dahulu, lalu melanggar perjanjian perdamaian yang dibuat oleh Raja Seo X.
Pangeran bersaudara itu belum tau rencana ayahnya yang selanjutnya, mereka pikir ayahnya sudah menyerah untuk mereka yang keras kepala. Alhasil mereka masih bertemu seperti tidak ada apa apa.
Dihari Sabtu, mereka saling bertemu untuk menyatakan perasaannya.
Dimulai dari Changbin,
“Hai felix, bagaimana kabarmu? kuharap baik.”
“Aku baik baik saja, bin. Bagaimana denganmu?”
“Senang mendengarnya. Selama kau baik baik saja, maka aku juga.”
“Kau ini!” Pipi Felix memerah
“Hahaha tapi aku serius fel,”
“Maksudmu?”
“Aku menyukaimu, eum.. ahh tidak maksudku.. aku mencintaimu, sangat.”
“Bin, kau mengigau? atau aku yang bermimpi?”
“Tidak, ini nyata. Katakan padaku bagaimana perasaanmu terhadapku?”
“Changbin, kau ini! tolong sabar sedikit, tidakkah kau dengar jantungku berdetak tidak karuan, lihatlah pipiku yang memerah, apakah itu tidak cukup jelas?”
“M-maksudmu?”
“Ya.. aku mencintaimu juga, bin.”
Changbin tidak percaya, ia terlewat bahagia, ia bawa Felix ke pelukannya lalu mengangkat tubuh felix seperti bayi dan berteriak,
“Hey semesta! lihat! aku memenangkan hati seorang peri cantik! kau pasti iri, kan? namanya Felix, punya Changbin seorang!”
“Bin... aku senang bertemu denganmu, sangat senang.”
“Akupun begitu fel, aku janji tidak akan ada yang dapat memisahkan kita. Kau percaya, kan?”
Felix mengangguk, “Tentu saja, kau selalu dapat menepati janjimu sebelumnya. Maka dari itu aku rasa aku bisa mempercayakan ini padamu.”
“Oh ya, aku membawa ini untukmu,” Changbin menyerahkan sebuah kalung indah berhiaskan berlian.
“Astaga, ini cantik bin, tapi ini terlalu berkilau. Takut tidak cocok kalau kupakai.”
“Coba saja dulu, kau itu cantik, cocok memakai apa saja.” Kata Changbin sambil mengaitkan kalung ke leher Felix.
“C?” Felix membaca tulisan di liontin tersebut.
“Hahaha kau keberatan jika ada inisial ku disana? aku hanya ingin kau mengingatku seterusnya.”
“Tidak, aku tidak keberatan sama sekali. Bin, bin.. kau ini seperti mau pergi jauh saja.”
“Tentu tidak akan, mana bisa aku jauh jauh darimu?”
Di tempat lain yang tak jauh dari tempat Changbin dan Felix, terdapat Seungmin dan Hyunjin.
“Hey Seungmin, kau makin hari makin cantik, sayapmu pun masih berkilau seperti kristal.”
“Mulutmu itu rasanya mau aku ikat dengan kain,”
“Tapi aku serius, kau cantik.”
“Aku tau itu,”
Hening melanda diantara mereka,
“Hyunjin, jika katamu barusan aku cantik, tidakkah bisa saja kau menyukaiku?”
Hati Hyunjin berdebar-debar, harusnya ialah yang menggoda Seungmin. Tapi kenapa sebaliknya?
“Memang. aku memang menyukaimu, sejak awal, sejak sayapmu dijatuhi ulat berwarna hijau hahaha.”
“Benarkah? jadi... jadi aku tidak hanya mencintai sepihak?”
“Apa katamu barusan? sepihak? kau..”
“Benar, aku menyukaimu. Maaf karena aku tidak menyukaimu dari awal kita bertemu, sepertimu. Habisnya, kau sangat menyebalkan hari itu.”
“Aku ingin marah, tapi mana bisa aku marah dengan makhluk cantik sepertimu. Dan kalau bukan sejak pertama, sejak kapan?”
“Sejak pertemuan ketiga, kalau tidak salah. Saat kau mengajariku melukis!”
Bibir hyunjin hanya membulat, “Oh ya, omong-omong apa kau mau lihat lukisan ku? memang belum seindah lukisanmu, tapi ini masih enak dipandang kok!”
“Sekalipun abstrak juga tidak masalah sebenarnya, aku menyukai apapun tentangmu. Tapi, kau tidak membawa apapun, ohh atau mungkin kau akan membawanya dipertemuan selanjutnya?”
“Tidak, mari kuperlihatkan sesuatu.”
Seungmin menjentikkan jarinya untuk memanggil tongkat nya, ia memutar spiral tingkat itu— kemudian muncul lah kanvas berlukiskan Dirinya sendiri dan juga Hyunjin.
“Wow, kau.. kau bisa melakukan itu?”
“Tentu saja. Bagaimana dengan lukisanku?”
“Ini bagus untuk seorang pemula! kau cukup berbakat rupanya, bolehkah aku membawa pulang ini?”
“Jangan, itu masih jelek untuk di jadikan hiasan dinding.”
“Ayolah, hanya akan ku letakkan dikamarku, bukan di aula kerajaan. Akan ku letakkan pada dinding yang menghadap ke ranjangku, agar saat aku tidur aku dapat memandanginya.”
“Kau ini... nanti matamu sakit.”
“Kim seungmin, aku ini hanya melihat lukisan, bukan gerhana matahari dengan mata telanjang.”
“Baiklah baiklah, terserah kau saja.”
Setelah masing masing mereka berbicara empat mata, mereka berempat berkumpul dibawah sinar bulan.
“Bin.. jika saja aku ditakdirkan menjadi manusia seperti mu, akankah kita bertemu seperti ini?” Tanya Felix.
“Harus bertemu, biar aku yang mencarimu.”
“Kak, akupun akan melakukan hal yang sama hahaha” sahut Hyunjin.
“Jin.. sepertinya kalau aku dan felix ditakdirkan menjadi manusia, takdir kita tidak akan sesulit ini kan? maksudku.. kita tidak harus bertemu secara diam diam dan tidak ada yang menentang hubungan kita.”
“Tidak akan ada yang dapat menentang hubungan aku, kamu, Felix, maupun Changbin.”
“Semoga saja..”
Tidak lama setelah itu mereka pulang kerumah masing-masing.
Saat Changbin sedang keliling istana untuk mencari Hyunjin untuk berlatih pedang, ia mendengar suara ayahnya yang sedang marah dari dalam ruangan.
Mendengar itu, tadinya Changbin mau menenangkan ayahnya, tapi setelah ia mengintip— ternyata disana ayahnya tidak sendirian, melainkan bersama beberapa pengawal kepercayaannya.
Saat ingin beranjak, Changbin mendengar ayahnya menyebutkan nama Felix dan Seungmin. Awalnya Changbin kira ayahnya akan menyetujui hubungan mereka nantinya.
Namun setelah mendengarkan semuanya, Changbin ketakutan dan marah.
Ia pergi keluar istana untuk menemui peri bersaudara itu tanpa Hyunjin disampingnya. Changbin berjaga jaga disekitar tempat biasa anak dari dua bangsa itu bertemu.
Mengingat hari ini adalah hari rabu, seharusnya mereka bertemu nanti sore.
Sesampainya disana, Changbin tidak melihat ada siapapun, pikirannya mulai kacau. Tapi ia bersabar dan menunggu.
Di istana, Hyunjin kebingungan mencari dimana Changbin berada. Hyunjin pun bertanya pada prajurit yang berjaga dan prajurit itu mengatakan bahwa Changbin pergi keluar dengan menunggangi kuda.
Tanpa pikir lama Hyunjin menyusul Changbin, ia tau kemana arah yang ingin Changbin datangi. Sepanjang jalan ia terus mengeluh tentang Changbin.
Tak lama kemudian, yang Changbin tunggu datang. Changbin belum terlambat, ia segera berlari dengan niat memberitahu Felix tentang rencana ayahnya.
Namun sayang, saat Changbin berlari ke arah Felix, disitu pula pengawal ayahnya sudah siap siaga dengan senjata.
“Changbin! kenapa kau datang lebih awal? apakah nanti kau ada acara? kemari—”
Para pengawal itu salah sasaran karena posisi tubuh Changbin menghalangi target awal, yaitu Felix.
Anak panah itu melesat dengan sangat cepat menuju dada kiri Changbin.
Felix hancur,
Changbinnya terkapar lemah di hamparan rumput yang warnanya menjadi merah karena darah.
“Changbin!”
“Bin, kamu.. kamu kenapa kemari?”
“A-ayahku berencana membunuhmu dan adikmu, mana bisa aku diam saja..”
“Tapi tidak dengan mengorbankan tubuhmu, Changbin!”
“Tenanglah fel, sejak awal aku sudah bilang— aku akan baik baik saja kalau kau juga baik.”
“Tapi nyatanya kau sedang tidak baik baik saja, bin! ayo kubantu kau bangun, aku antar kau ke tempat orang yang bisa mengobati i—”
“Fel, dengar. Kau harus hidup sebaik mungkin, ya? jaga adikmu setelah ini, kemudian berbahagialah kedepannya.”
“Apa yang kau bicarakan bin? apa maksudmu?”
Changbin tersenyum, “Kalau boleh jujur, ini sakit fel. Tapi tak apa, sebentar lagi akan hilang sakitnya.”
“Tidak akan hilang kalau tidak diobati, bin! berhenti keras kepala, lepaskan tanganku, biarkan aku membawamu pergi.”
“Ahhh, fel.. tidak... aku tidak bisa bertahan lebih lama. Jadi, sampai jumpa dikehidupan selanjutnya ya?”
“Changbin!”
Felix mengguncangkan tubuh Changbin, namun nihil, Changbin tidak merespon.
Deru nafasnya hilang,
Detak jantungnya berhenti,
Changbinnya telah pergi.
“Binnnn! kau tidak bisa seperti ini, bagaimana bisa aku bahagia tanpamu.. bin, bangunlah kumohon!”
Hyunjin yang baru sampai pun mendengar suara isak tangis, ia mencari sumber suara itu.
Ia mulai terkejut dengan apa yang dilihatnya,
“Kak Changbin! kak, kau kenapa kak? bangunlah”
“Felix, ada apa ini? — kak kau dengar aku kan? berhenti bercanda dan buka matamu!”
Mata Hyunjin beralih pada anak panah yang menancap pada dada Changbin. Terdapat ukiran khas kerajaannya, “Maksudnya apa ini? kenapa panah kerajaanku yang menancap disini?”
“Hyunjin, ayahmu itu jahat—”
Felix menjelaskan pada Hyunjin sambil terisak.
“Dasar iblis!”
“Felix kumohon pergilah cari Seungmin, bawa dia ketempat yang aman. Kak Changbin akan kubawa ke istana.”
Sebelum Felix beranjak, ia sempatkan diri untuk mengusap wajah Changbin. Ia kecup dahi nya, “Bin, kutunggu kau dikehidupan selanjutnya, aku mencintaimu.”
Felix mencari Seungmin, sedangkan Hyunjin kembali ke istana sambil membawa jasad kakaknya.
Ia mendobrak aula istana, tempat ayahnya duduk bersantai.
“Ayah! maksudmu apa? lihat kakakku! kenapa kau bunuh dia? kau iblis! sungguh, kau bukan manusia, kau bukan ayahku.”
Ayahnya terkejut karena jasad putranya lah yang berada di depan matanya bukan jasad target utamanya.
“Nak.. Changbin..”
“Jangan panggil dia sebagai anakmu, ayah mana apa yang ingin menghancurkan kebahagiaan anaknya? ayah macam apa yang membunuh anaknya?”
“Kau jangan kurang ajar Hwang Hyunjin! pergi ke kamarmu! biarkan ayah yang mengurus jasad kakakmu.”
“Jangan berani beraninya kau sentuh jasad kakakku! kau tau? kakakku itu menaruh kepercayaan penuh padamu! ia selalu bilang bahwa kau tidak jahat, kau tidak seperti leluhurnya dulu, tapi nyatanya? kau tidak lebih dari seorang iblis!”
“Hwang Hyunjin! — pengawal, cari adik dari peri itu, bunuh dia, cepat!”
Bukannya tersadar, ayahnya justru makin menjadi jadi, akhirnya Hyunjin bawa jasad kakaknya pada pengasuh yang ia percaya dan pergi mencari Seungmin. Untungnya ia lolos dari para pengawal itu.
“Seungmin! Seungmin! dimana kau?!”
Ia berkeliling disemua tempat, namun lagi lagi tidak membuahkan hasil.
Sampai akhirnya ia lihat sosok yang dicari dipinggir sungai, “Seungmin! awas!”
Hyunjin terlambat, anak panah sudah terlanjur bersarang di dada sang kekasih.
“Kim Seungmin! bangun! bertahanlah sebentar, aku akan membawa kau ke tempat orang yang mengobati ku dulu, aku janji ini akan cepat.”
“Sstt.. Hyunjin,” Seungmin menggenggam tangan Hyunjin.
“Sudah sudah, tak ada gunanya. Ini sudah tak tertolong—”
“Jaga bicaramu!”
“Disini saja, tetaplah bersamaku.. temani aku sampai aku pergi, ya?”
“Bicaramu itu lain kali harus kuberi pelajaran. Ayolah kumohon, kau tidak boleh meninggalkanku.”
“Ini terlalu sakit, Hyunjin.. tenang saja aku tidak apa.”
“Tidak apa apa bagaimana? kau menyuruhku tenang?”
“Dengar ini, aku tidak menyesal mati untukmu, aku senang kau bisa menemaniku pada akhir hidupku. Itu sudah lebih dari cukup. Terimakasih untuk semuanya,”
Hyunjin mengusap wajahnya gusar, “Seungmin, adakah cara lain? ayo beritahu aku, biar kuusahakan.”
“Hyunjin, jangan pernah salahkan dirimu sendiri atas semua ini, ya? dan berjanjilah bahwa kau akan menemuiku pada kehidupan selanjutnya. Mintalah pada dewa untuk menjadikan reinkarnasi ku sebagai manusia, agar nanti tidak akan ada yang memisahkan kita lagi... a-aku...”
“Seungmin kau bohong, kau tidak benar benar meninggalkanku kan? kenapa semua orang menentang ini? apa yang salah dengan jatuh cinta?” Hyunjin berteriak teriak seperti orang tidak waras.
“Mereka jahat.. kenapa semua orang meninggalkanku.. Kak Changbin... Seungmin..”
Dari jauh, Felix memperhatikan peristiwa yang sama seperti yang terjadi pada kekasihnya tadi.
Bahkan haripun belum berganti, mereka sudah kehilangan dua orang yang dikasihinya.
Ibu Seungmin yang mengetahui anaknya telah pergi pun mengutuk seluruh warga dikerajaan Barat agar kehilangan orang yang mereka cintai dan menunggu cintanya sampai kehidupan berikutnya dengan rasa bersalah yang menghantui.
Tak terkecuali Hyunjin yang juga mendapat kutukan itu.