— Odnoliub [sequel]
26/09/21 note : • bxb • sevngjin x chnglix • romance fantasy • angst (?)
tags : baku, reincarnation
Odnoliub meaning: Russian word that means someone that has only one love in their life.
Ingat bahwa Hyunjin terkena kutukan untuk hidup selamanya sampai kehidupan selanjutnya?
Lalu, bagaimana dengan Felix?
“Bu, maaf karenaku... adikku pergi...”
“Jangan bicara begitu, semuanya adalah ulah raja kejam itu.. ibu tidak pernah melarang kalian berdua jatuh cinta dengan siapa siapa saja. Ibu tau kalian hanya mengejar cinta kalian,”
“Bu... tidakkah kutukan itu terlalu kejam untuk Hyunjin? dia sama kehilangannya denganku..”
“Saat itu ibu terlampau marah, semua penghuni kerajaan Barat tanpa terkecuali terkena kutukan itu..”
“Bu bolehkah aku meminta sesuatu?” Tanya Felix.
“Bu, aku mau menemani Hyunjin sepanjang hidupnya sampai ia bertemu adikku kembali, apa boleh?”
“Kau itu adalah peri, fel.. kau akhirnya akan meninggal.”
“Akan kumohonkan pada Dewa agar hidupku sedikit lebih lama bu.. bolehkah?”
“Sebetulnya ibu juga berat untuk melepasmu, nak. Tapi.. kejarlah apa maumu, tunggulah cintamu itu, berkat ku menyertaimu..”
“Bu.. terimakasih banyak”
Setelah mendapat izin, Felix ajak Hyunjin menemui Sang Dewa.
Felix minta agar dirinya dapat hidup lebih lama sampai, ia ingin bersama Changbin sampai kehidupan selanjutnya berakhir.
Sang Dewa menyetujuinya, dengan syarat ia akan menjadi manusia biasa dan ia harus melepas semua kekuatan yang ia punya. Tanpa pikir panjang, Felix pun menyetujuinya.
Sedangkan Hyunjin meminta pada Dewa agar menjadikan Seungmin manusia di kehidupan selanjutnya, dengan syarat sepanjang hidupnya dalam menunggu Seungmin— ia harus melakukan hal baik untuk sekitarnya. Begitupun juga Hyunjin, ia menyetujui itu.
Diakhir, Dewa menyerahkan sebuah cincin yang akan menuruti satu permintaan mereka, apapun itu.
Kenapa hanya satu?
Karena Sang Dewa ingin mereka belajar mengendalikan ego mereka, tetap ada untuk satu sama lain, dan tetap pada garisnya.
Diperjalanan pulang, mereka bingung mau diapakan cincin ini, karena cincin ini hanya bisa menerima satu permintaan, mau tidak mau mereka harus sepemikiran untuk mendapatkan hasilnya.
“Fel, nanti kita akan meminta apa?”
“Entahlah, mungkin seiring berjalannya waktu kita tau keinginan kita yang sesungguhnya.”
Memang benar Hyunjin diperintahkan untuk selalu berbuat baik, tapi di sisi lain ia merasa kosong dan hampa. Ia rindu Seungminnya setiap saat.
Jangan katakan bahwa Felix tidak semenderita Hyunjin, karena nyatanya ia sama menderitanya. Walaupun ia tidak terkena kutukan, ia pun merasakan hal yang sama dengan Hyunjin. Ia rindu Changbinnya, ia mau bertemu, ia mau mendengar kata kata manis yang biasa Changbin lontarkan.
Dengan ini, mereka berdua ada untuk satu sama lain. Saling menguatkan jika salah satunya sedang berada dititik terendah dan sebaliknya.
Setiap hari Hyunjin lalui tanpa pernah absen untuk menyentuh wajah dalam lukisan yang dulu mereka lukis bersama. Ia posisikan lukisan itu sama seperti Seungmin, ia usap rambutnya dan bercerita dengan lukisan itu sepanjang malam. Tentang bagaimana kerinduannya, tentang bagaimana hari hari yang ia jalani tanpa Seungmin disampingnya, dan tentang ia yang Demi Dewa sesungguhnya tidak baik baik saja.
Felix pun sama, Ia jaga baik-baik kalung yang Changbin beri tanpa sedikitpun mau untuk ia lepas.
Felix bermonolog, “Bin katamu waktu itu— saat kau memberiku kalung ini, kau tidak bisa jauh dariku? tapi kau bohong.. kau pergi mendahuluiku.”
“Bin, rasanya aku ingin menyusulmu kesana, tapi tidak bisa.. aku harus menemani Hyunjin, aku harus menunggumu juga disini. Berjanjilah saat bertemu nanti kau tidak akan melepasku lagi, ya?”
Detik.. Menit.. Jam.. Hari.. Minggu.. Bulan.. Bahkan banyak tahun telah mereka lalui dengan sabar untuk menunggu yang dicintai.
Mereka menunggu tanpa kepastian, karena mereka tidak tau pasti kapan yang ditunggu akan hadir di bumi.
Hyunjin berprofesi sebagai seniman berbakat, sampai pada suatu saat ia mendapat seorang pelanggan yang meminta Hyunjin untuk melukis dirinya, “Hai tuan, adakah yang bisa saya lakukan? tanya Hyunjin ramah.”
“Eum.. aku ingin kau melukis diriku. Tapi kau tidak keberatan kan jika aku memakai penutup wajah?”
“Tentu saja, kau pelangganku yang artinya semua terserah padamu.”
“Baik, harus dimulai darimana?”
“Duduklah disebelah sana, tuan.”
*
“Halo selamat siang, selamat datang di toko kue sunshine, ada yang bisa dibantu?” Sapa felix ramah pada seorang pelanggan.
“Tolong rekomendasikan kue kesukaanmu.”
“Maaf, bisa diulang?”
“Tolong beri aku rekomendasi kue kesukaanmu.”
“Tapi aku takut ini tidak sesuai seleramu,”
“Lakukan saja.”
“B-baik.. — ini tuan, kue wortel yang baru saja keluar dari oven,”
“Kenapa kau memilih kue ini untukku?”
“Tapi katamu tadi sesuai seleraku—”
“Bukan itu, maksudku apa ada alasan kenapa kau memilihkan-ku kue ini?”
“Eumn ahh itu.. kue ini yang mengingatkanku pada kekasihku dulu, aku pernah memberinya kue ini. Sekarang ia sudah tiada.”
“Maaf.. maaf.. aku tidak tau tentang itu.”
“Oh tentu tidak masalah, maaf jika kau tidak nyaman dengan ceritaku, dan ini kuemu. Selamat menikmati, kutunggu kedatanganmu kembali.” Felix tersenyum ramah.
*
“Selesai,” Hyunjin menghampiri pelanggannya itu dan menunjukkan hasil lukisannya.
“Bagaimana tuan, kau suka?”
“Wahh tanganmu semakin berbakat ya? — ehh maksudku hasilnya sangat indah, kau berbakat sekali.”
“Terimakasih banyak, sebetulnya kau tidak perlu memuji ku karena ini memang pekerjaan ku, aku senang jika pelangganku menyukai hasilnya.” Hyunjin hendak berbalik— pergi ke etalase untuk mengambil beberapa warna cat untuk sedikit polesan lagi.
“Kau pantas menerimanya, Hyunjin.”
Langkahnya tiba-tiba terhenti, “A-apa?” Hyunjin mengerutkan dahinya, “Kau tau namaku?”
“Tau, kau kan kekasihku..”
“Maksudmu?” Hyunjin tambah bingung dibuatnya.
Pria yang menjadi pelanggannya itu membuka penutup wajahnya, “Ini aku..” Pria itu tersenyum.
Kaki Hyunjin lemas, jantungnya berdebar dengan cepat, “S-seungmin? tidak mungkin, aku mimpi kan?” Hyunjin mengusap matanya.
“Ini benar benar aku, Kim Seungmin, tapi sekarang namaku sudah ganti menjadi Sky. Tapi tenang, kau tetap boleh memanggilku dengan sebutan apa saja.” Seungmin tersenyum.
Hyunjin roboh, ia duduk tersimpuh sambil mencermati apa yang tengah terjadi. Entah ia harus bersyukur atau mungkin harus bangun dari tidurnya jika ini mimpi?
“Hwang Hyunjin, aku sangat merindukanmu, terimakasih banyak karena telah meminta pada dewa mengenai wujud reinkarnasiku dikehidupan ini. Aku senang, akhirnya kita bertemu lagi, aku ingin kau bersamaku terus. Bagaimana denganmu?”
Hyunjin bangun dan memeluk Seungmin erat erat, “Kau.. kau Seungmin? sungguh? kau tau? aku hampir gila hidup puluhan tahun tanpamu, aku rasanya ingin mati saat itu juga saat mengingat kejadian itu, aku.. aku merindukanmu dengan sangat, kim. Mari bersama-sama sampai akhir, berjanjilah yang kali ini tidak boleh ingkar.”
“Aku janji,”
“Bagaimana kau bisa mengingatku?”
“Entah, Sang Dewa baik hati. Ia tidak membiarkan ingatanku terhapus. Memang sedikit sesak saat mengingat masa itu, tapi maksud Sang Dewa pasti bukan untuk menyiksaku, tapi ia mau aku mengingatmu, dulu, sekarang dan selamanya.”
*
Saat Felix hendak ke dapur untuk meletakkan cookies hangat yang baru saja ia buat— pelanggannya itu mencegah Felix, “Tunggu.” sambil memegang tangannya.
Felix lantas melihat kearah tangan pelanggan tersebut, pelanggan itu menyadarinya, “Maaf karena lancang memegang tanganmu, tapi..”
“Tidak masalah, tapi.. apa?”
“Aku merindukanmu..”
“Tuan bercanda? kita baru saja bertemu” Felix tertawa.
Pelanggan tersebut membuka tudung kepala dan maskernya, “Kau merindukanku, kan?”
Jelas saja Felix tercengang dan setengah percaya dengan apa yang ada didepan matanya.
“Kau??”
“Iya, aku Changbin. Lama tidak bertemu bukan?”
“Kau.. kembali? kau tidak bercanda? atau ini halusinasi ku? atau.. atau.. kau hanya makhluk yang menyerupainya?”
Changbin mendekap Felix, “Terserah kau mau melihat aku sebagai wujud apa, yang penting kita bertemu sekarang.”
“Changbin... kau Changbinku! benar! aku tidak bermimpi. Bin.. kau baik-baik saja? ada yang terluka? kau lapar?” Felix menelisik wajah dan tubuh Changbin untuk memastikan Changbinnya baik-baik saja.
“Hey aku ini baik-baik saja, yang tidak itu adalah kau. Maaf fel, maaf karena aku tidak menepati janjiku waktu itu, aku meninggalkanmu.”
Felix menangis, “Tidak tidak... kau tidak perlu mengatakan itu semua, yang terpenting kau disini bersamaku. Bin, jangan pergi lagi. Kalau ingin pergi ajaklah aku, aku kesepian disini, aku rindu kau, rindu semuanya!”
“Aku janji, yang ini tidak akan bohong.”
Flashback ;
*Sebenarnya saat Felix sedang menjaga toko dan melamun— otaknya terpikirkan sesuatu, saat itu tangannya sedang memegang cincin yang diberikan Dewa saat itu. Netra nya tatap kuat cincin itu, hatinya menggumam 'Dewa, tolong biarkan ingatan mereka terhadapku dan Hyunjin tidak hilang, aku ingin mereka tetap mengingat kami, apa bisa?' Felix menghembuskan nafasnya kasar lalu menggumam, 'Kau ini apa apaan fel, mana bisa? itu mustahil. Bertemu saja sudah bersyukur.. tidak perlu minta yang macan-macam'
*Maka dari itu keduanya bisa mengingat Hyunjin dan Felix dengan baik.
—fin.