— Jangan merasa sendiri, ya?
Heliotropism ; 4
Saat Felix sedang sendirian di kelas— ia tiba tiba teringat dengan Changbin, kekasihnya.
'Kak bin udah makan belum ya?' Batinnya.
'Chat gue belum dibales, dibaca aja ngga..'
-
Setelah kurang lebih 15 menit Felix menunggu sendirian dikelas, akhirnya, teman-temannya pun datang membawa beberapa— ahh tidak , maksudnya membawa banyak bungkusan berisi makanan maupun minuman.
“Hah gila, lo mau mukbang?” Ucap Felix kaget.
“Gue si ngga, tapi lo tau sendiri ada 2 raja mukbang.” Sahut Jeongin diiringi anggukan oleh Seungmin.
“Jisung? Hyunjin?” Tanya Felix.
Hyunjin menghampiri Felix sambil menaruh makanan diatas meja kelas dan berkata, “Laper lix.. hehehe”
“Ide nya Hyunjin nih lix.” Ledek jisung.
Seungmin menyela, “Lo berdua sama aja”
Lalu mereka berbincang sambil menyantap makanannya sebelum waktu bimbel dimulai.
Setelah perbincangan yang cukup panjang— secara tidak sadar merekapun mulai memasuki waktu untuk bimbingan belajar, seperti anak sekolah menengah kelas tiga lainnya.
Waktu mereka bimbingan belajar adalah kurang lebih dua jam, dan sekarang sudah berjalan satu setengah jam. Yang artinya hanya tinggal 30 menit lagi yang tersisa sampai waktu pulang.
Saat sedang mengerjakan soal, handphone Felix bergetar dan layarnya memunculkan notifikasi pesan berturut-turut.
Felix senang bukan main, karena ia rasa itu Changbin. Namun, setelah membuka pesan tersebut— ternyata bukan dari Changbin, melainkan Sang Bunda.
Di layar handphone Felix tertera isi pesan yang menyatakan bahwa Sang Bunda tidak bisa menjemput Felix nanti, jadi mau tidak mau Felix harus pulang dengan ojek online atau angkutan umum.
30 menit telah berlalu, merekapun bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.
“Eh lix, lo dijemput kan?” Tanya Seungmin.
Merasa kalau nanti dirinya jujur akan merepotkan temannya, maka Felix pilih untuk berbohong.
“Iyaa Seung, dijemput kok, duluan aja..” Jawab Felix
“Beneran? jangan boong lo” Kata Hyunjin
“Seriusan jinnn, lo kan harus nganterin Seungmin pulang, nah lo sama Seungmin pulang aja duluan, daripada kemaleman.”
Akhirnya Hyunjin dan Seungmin dengan hati yang setengah percaya pun meninggalkan Felix di gerbang sekolah.
Tidak sampai situ, Felix belum mau pulang karena masih ada Jeongin dan Han di parkiran. Felix memilih menunggu mereka bedua pulang terlebih dahulu, baru ia memesan ojek online.
“Woy ji, hati-hati ya!” teriak Felix.
Jisung yang baru ingin melajukan motornya pun akhirnya memilih berhenti sebentar.
“Lah gue kira lo udah balik, kok masih disini?”
“Ya ngapain lagi? Bunda gue bilang jemputnya telat.”
“Tapi dijemput kan?”
“Iyaa ji pasti dijemput lah.”
“Yaudah kalo gitu, lo nunggu di pos aja tuh di dalem, jangan diluar gini.”
“Iya bawel,”
“Maapin ya lix gue ga bisa nganterin lo, tau sendiri ini motor gue single seat hahaha”
“Idih ngapain minta maap? santai aja kali ji..”
Saat mereka tengah mengobrol, Jeongin keluar dari parkiran,
TIIINNN
suara klakson motor yang dikendarai jeongin, “Eh sorry ji, lix, gue duluan ya..”
Jisung dan Felix hanya meng-iyakan.
Selepas semua temannya pulang, Felix memesan ojek online untuk dirinya pulang.
Tak seberapa lama, sampailah Felix di depan perumahan tempat tinggalnya.
“Pak, sampai sini aja ya..” ucap Felix lembut.
“Oh iya dek..”
Rumah Felix dari depan perumahan tidak terlalu jauh, tidak juga terlalu dekat, jadi Felix memilih untuk berjalan santai sambil merenggangkan badannya.
Dari kejauhan, Felix lihat di depan rumahnya ada sebuah mobil yang terparkir, ia merasa tak asing, namun disisi lain Felix juga lupa.
Karena mobil tersebut tidak terparkir persis di depan gerbang rumahnya, Felix hanya lewati mobil itu dan mulai membuka pintu gerbangnya.
tin tin
Seseorang di dalam mobil hitam itu membunyikan klakson yang membuat Felix sedikit kaget. Felix melihat kearah kaca mobil sambil menyipitkan matanya bak orang yang tengah menelisik sesuatu.
Terbukalah kaca mobil itu,
“Kak Changbin!”
Felix membuka lagi gerbangnya untuk keluar dan menghampiri Changbin.
“Lama banget pulangnya.” Kata Changbin.
Felix berlari kecil dan ditangkap oleh Changbin dengan pelukan.
“Tadi bimbel dulu,”
Changbin mengusap kepala Felix seraya berkata, “Belajar yang bener biar pinter, terus biar nanti unbk nya tutup mata hahaha”
“Udah pinter gini juga,”
“Bercanda. Jangan terlalu keras ya lix, belajar mah boleh tapi kalo capek istirahat jangan di trobos aja.”
“Harusnya aku yang ngomong gitu ke kamu, kak.”
“Ya anggep aja buat berdua.”
Felix makin menenggelamkan wajahnya di pelukan Changbin.
“Kenapa nih kayanya makin kenceng aja meluknya,— lix gue disini, ga kemana-mana.” ujar Changbin.
“Bodo. Ga kemana-mana apanya? daritadi ilang juga!”
“Iyaa maaf maaf, tapikan sekarang udah disini.”
“Ya tapi ttp aja kak, aku kira kamu kemana. Semalem kamu bilang katanya lagi sedikit sedih, terus besoknya ilang. Gimana ga kepikiran?”
“Maaf udah bikin lo kepikiran, gue gatau harus ngapain. Tapi nanti janji ya lix, kalo gue begini lagi, lo jangan khawatir. Gue gpp, cuma butuh waktu sendiri aja.”
“Iya kak, kamu juga janji ya, kalo ada apa-apa cerita ke aku.”
“Iyaa fel,— ehh udah sana masuk”
“Kamu ga mau ke dalem dulu kak?”
“Ke dalem dulu ga ya...” Ucap Changbin dengan nada mengejek.
Felix nemelaskan wajahnya, “Ish ayo minum dulu gitu, itung-itung nebus waktu kamu ga ngabarin aku”
“Yaudah ayo ayo, mukanya jangan melas gitu, mana bisa gue ninggalin hahaha”
Changbin menunggu diruang tamu, sedangkan Felix pergi mandi.
Setelah beberapa menit, Felix keluar dari kamar mandi memakai pakaian khas rumahan pada umumnya.
“Kak aku pake baju ini gapapa kan?”
“Ya gapapa lah, emang mau kemana? dirumah juga kan lagian.”
“Kali aja kakak ga suka gitu.”
“Orang cakep gitu juga, gimana caranya gue bisa ga suka? hahaha sini deh lix”
Felix menghampiri Changbin sambil memasang raut wajah kebingungan. Tiba-tiba Changbin tarik tangan Felix untuk duduk disamping Changbin.
“Kak astaga kaget ih main tarik tarik aja..”
“Sorry sorry, sakit ngga?”
“Ngga kok,”
Changbin merentangkan tangannya, Felix dibuat semakin bingung.
“Hah? kenapa kak?”
“Peluk.”
Felix pun mendekat ke Changbin dan memeluknya. Felix juga mengusap surai hitam Changbin dengan lembut,
“Kak..”
“Hmm?”
“Kenapa?”
“Apanya?”
“Kenapa minta peluk?”
“Ngga kenapa kenapa, gini aja dulu ya? gapapa kan?”
“Ya gapapa lah kak..”
“Capek lix..”
“Heem, aku ngerti, capek ya? apapun alasan capek -mu, tapi kamu hebat. Udah bertahan, udah berani jujur tentang apa yang kamu rasain, kak.”
“Maaf lix kalo gue belum bisa jujur, belum bisa cerita tentang hidup gue secara detail.”
“Gapapa kak, take ur time. Aku ga pernah maksa kamu untuk cerita, tapi kalo kamu mau cerita, aku selalu disini. Semua pun butuh proses, aku ga harus tau semuanya tentang kamu dalam waktu dekat, kan? pelan-pelan aja. Let it flow.”
Changbin tidak menjawab secara lisan, melainkan lewat air mata. Terbukti karena baju Felix basah pada bagian pundak yang artinya Changbin sedang menangis.
Felix tau bahwa Changbinnya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Jadi, ia biarkan Changbin meluapkan semuanya disini.