— You are artwork I could admire you forever
cw // kissing
Suara bel rumah Nala menyebar ke ruang tengah. Dengan mudahnya Nala menebak bahwa itu adalah Hazel. Ia pun dengan sigap berdiri untuk pamit lalu menghampiri Hazel.
“Mam, Hazel udah di depan. Aku berangkat, ya?”
“Iya, tapi itu Hazel ngga diajak masuk dulu?”
“Ngga mam, aku mau langsung aja.”
“Oke kalo gitu, hati-hati.”
Nala melangkahkan tungkainya dengan sedikit terburu. Setelah menutup pagar, ia melihat Hazel yang sedang menunggunya di dalam mobil sambil tersenyum.
“Hazel!!” Nala langsung melayangkan pelukan erat pada Hazel—yang dibalas sama eratnya. Sekilas, Hazel menoleh untuk mencium leher Nala sekilas.
Setelah pelukan terlepas, Nala kecup bibir Hazel. Hazel pun membalasnya dengan menghadiahkan banyak kecupan singkat pada pipi, juga dahi Nala.
“Kangennn,” tutur Nala. “Kamu makin cantik, makin lucu.” balas Hazel.
Nala menanggapinya dengan senyuman—tak lama, Hazel pun melajukan mobilnya.
“Kamu mau beli sesuatu dulu ngga?”
“Aku mau ngemil zel, tapi ga tau beli apa. Kamu mau apa?”
“Macaroon mau? sama beli bubble milk tea gitu. Atau yang lain juga gapapa.”
“Mauuu! di all pink aja, ya?” usul Nala.
“Boleh. Habis itu langsung aja? kamu ngga mau ke mana dulu gitu?”
“Nope, cuz i miss my boyfie, i wanna spend my time with him.“
Hazel mengangguk paham, kemudian mengusak rambut Nala. “Sure, anything for my Nala.“
Setelah membeli beberapa camilan, mereka langsung menuju apartemen Hazel. Sesampainya di sana, keduanya berjalan beriringan—tangan kiri Hazel memegang plastik berisi belanjaan, sedang tangan kanannya melingkar pada pinggang Nala.
Di depan pintu apartemen, Hazel mencekal tangan Nala, “Sebentar, sini plastiknya.” Hazel menyambar plastik belanjaan yang juga dipegang Nala. Nala yang kebingungan hanya dapat menurut. “Itu, masukin aja pinnya.” perintah Hazel.
Nala pun memasukkan pin tersebut. Ia masuk terlebih dulu dan langsung mencari tombol lampu. Setelah lampu menyala, mata Nala langsung terarahkan ke sudut ruangan—tepatnya di samping kanan ranjang Hazel, bersebelahan dengan meja belajar.
Raut wajah Nala seperti membentuk tanda tanya, “Zel???”
Hazel mengangkat bahunya sekilas, lalu pergi ke dapur untuk menaruh plastik belanjaan. Sementara itu Nala menghampiri sudut ruangan itu dan memperhatikannya dengan antusias.
Terdapat single chair berwarna biru yang berpasangan dengan sebuah meja kecil berbentuk lingkaran. Tepat di atas kursi, terdapat papan mading berukuran sedang. Pada papan mading itu, banyak menggantung foto-foto mereka yang dijepit menggunakan jepitan khusus foto dengan bentuk menarik, juga tali rami berwarna cokelat.
Foto yang dimaksud adalah foto mereka berdua—walaupun kebanyakan berisi foto Nala—yang sedang tertawa, tersenyum, cemberut, bahkan foto saat Nala sedang tertidur pun ada. Nala pandangi foto tersebut satu persatu dengan senyum yang tak kunjung luntur dari wajahnya.
“Zel, aku kemarin ngga liat ini loh? tell me kalo emang ini baru ada? atau.. atau aku yang ngga nyadar, ya?”
Hazel menghampiri Nala yang menatap matanya intens dari kejauhan. “Kemarin tuh kemarin kapan, Nala? kamu aja ke sini baru hari ini.”
“Berarti baru?”
“Ngga juga, kok. Aku mulai bikin sekitar 4 hari lalu. Terus baru jadi tadi, soalnya dari tokonya ada keterlambatan pengiriman gitu. Makanya aku ngga bolehin kamu dateng lebih awal. Bukannya aku ngga kangen, Aku mah mau banget cepet-cepet ketemu, cuma ini nanggung. Jadi aku selesaiin dulu.”
“Zel???”
Hazel menangkup pipi Nala gemas, “Aku bikin ini soalnya kangen kamu, hahahaha—biar nanti kalo sewaktu-waktu aku atau kamu lagi sibuk dan ngga bisa ketemu, aku bisa liatin kamu dari sini. Terus kenapa di samping meja belajar aku? jawabannya, biar kalo aku pusing aku bisa ngeliat ke kamu.”
Nala langsung memeluk Hazel tanpa berbicara sepatah katapun.
“Di samping itu juga, aku dari dulu emang pengen banget bikin satu spot di mana isinya itu kamu sama aku. Tapi isinya ttp harus banyakan kamu.” jelas Hazel lagi.
“Thank you zel, aku sayang kamuuu. Banget.”
“I love you more than ever.” bisik Hazel.
Setelahnya, mereka menggeser sofa menghadap balkon. Nala merebahkan dirinya, dengan Hazel yang berada di atas sambil memeluk pinggangnya.
Mereka menghabiskan sore hari bersama, sambil memperhatikan semburat berwarna jingga itu pudar dan digantikan oleh malam.