— xx
cw // kissing
Sesuai rencana, mereka pergi menggunakan sapu terbang untuk mencari bahan untuk membuat ramuan.
Awalnya mereka pergi menggunakan sapu terbang milik masing-masing, namun nampaknya sang pemilik bahan-bahan tersebut enggan memberikannya secara cuma-cuma, jadi keduanya menyerahkan sapu terbang milik mereka. Beruntungnya, mereka punya cadangan sapu terbang di asrama, jadi mereka tidak perlu terlalu khawatir.
“Gila ya, mintanya ga nanggung nanggung,” cibir Seungmin.
“Hahaha semuanya ngga selamanya gratis, seung.”
“Ya tau, tapi kan sapu terbang mahal. Dikira belinya pake pasir?”
“Yaudah lah, yang penting bahan-bahannya sekarang udah lengkap. Kita bisa cepet cepet ngerjain.”
“Ngerjain mah belakangan aja. Yang harus lo pikirin tuh kita pulangnya gimana?”
Hyunjin bersiul, nadanya familiar di pendengaran Seungmin.
Benar saja, tak lama datanglah Gerald—naga milik Changbin.
“Seriously, Hwang Hyunjin?”
“Nanti gua bilangin biar terbangnya ngga terlalu tinggi kok—yaudah, ayo naik.”
Kemudian, kaki Seungmin bertumpu pada telapak tangan Hyunjin, lalu sedikit mendorong badannya naik supaya ia dapat langsung mencapai punggung si naga—yang kemudian disusul Hyunjin.
Mereka menempuh perjalanan selama 45 menit.
45 menit berlalu—Setelah itu mereka turun di halaman belakang dan berpamitan pada satu sama lain.
“Thanks ya, Hyun. Oh iya! besok mau dipake buat istirahat dulu atau langsung aja? soalnya rentang waktunya masih cukup kalo sehari diambil buat istirahat dulu.”
“Istirahat dulu, ya? gapapa, kan?”
Seungmin mengangguk perlahan, “Iya gapapa. Yaudah kalo gitu, gue masuk ya.”
Seungmin baru berjalan beberapa langkah menjauh, namun langkahnya terhenti. Seungmin memutuskan untuk berbalik menghampiri Hyunjin dan memeluknya.
“Makasih banyak, Hyun. You never stop taking care of me.“
Tubuh Hyunjin menegang—kaget dengan apa yang baru saja terjadi padanya.
Karena Hyunjin lambat merespon, Seungmin eratkan lagi pelukannya, berharap bahwa Hyunjin akan mengatakan sesuatu padanya.
Benar saja, Hyunjin pun kemudian balas memeluk Seungmin. Tangannya menahan tubuh Seungmin untuk tidak buru-buru melepas pelukannya.
Dirasa cukup, mereka melepaskan pelukan mereka, dan begitu pelukan terlepas, Hyunjin mendekatkan wajahnya dengan Seungmin.
Seungmin sepertinya tahu maksud dari tingkah Hyunjin yang satu ini—Seungmin pun perlahan memejamkan matanya.
cup
Sebuah ciuman mendarat di pipi kiri Seungmin.
“Prettiest,” Bisik Hyunjin sambil memegang bibir Seungmin dengan jempolnya.
Air muka Seungmin berubah, ia tidak menyangka bahwa Hyunjin hanya menciumnya di pipi.
Bukannya Seungmin memaksa, namun ia kepalang malu karena memejamkan matanya. Ia takut Hyunjin akan meledeknya lagi.
“Ini mukanya merah karena malu atau marah?” Tanya Hyunjin sambil menyinggungkan senyum.
“Ngga tau, ah, udah. Gue mau balik.” Ia menghentakkan kakinya lalu berbalik.
Baru saja berbalik, tangannya sudah ditarik kembali oleh Hyunjin.
“Sorry,” Hyunjin langsung menyambar bibir Seungmin yang membuat Seungmin tersentak.
Tengkuknya ditahan supaya ciuman tidak terlepas, pinggangnya dipeluk erat supaya tidak menjauh.
Seungmin memejamkan matanya, dan mulai pasrah dengan tempo yang dimainkan Hyunjin. Tangan Seungmin pun mulai mengalung sempurna di leher Hyunjin.
“Love you, Seungmin.”