— What's ur purpose, Mr. Lee?
lowercase
seungmin berjalan dengan tempo sedang, diiringi suara senandungnya untuk menghilangkan rasa gelisah dalam hati. entah kenapa hari ini rasanya jarak kelasnya dengan ruang ekskul sinematografi terasa sangat dekat.
dirinya berhenti di depan pintu kaca berwarna gelap— ruang sinematografi— yang padahal terlihat sangat jelas jika dilihat dari dalam. seungmin memperhatikan pantulan dirinya di depan pintu kaca, terlihat rautnya yang seperti menyiratkan beribu pertanyaan.
tak lama, terdengar suara dari dalam ruangan, “masuk, jangan berdiri di depan,” lantas seungmin bergegas masuk sambil membungkukkan badannya.
“eh, kakak yang kemarin, ya?” ucap seungmin. “mhm, lo ikut sinem juga?” “iyaa, kakak juga?” minho mengangguk, “iya, semalem orang sinem nyuruh gua dateng.”
seungmin kemudian ikut mengangguk kemudian duduk di lantai, “aku juga, kak, dipanggil. padahal form aku hilang, kayanya sih jatuh pas aku lari atau manjat tembok kemarin— oh, ya! kemarin makasih banyak ya, kak. kakak bantuin aku tapi kakak yang dihukum.”
minho memusatkan perhatiannya saat seungmin bicara, “oh, itu, gapapa santai. btw, menurut lo yang ngechat lo semalem siapa?”
seungmin mengedikkan bahunya, “ngga yakin, tapi kayanya kakak ketuanya? soalnya pas aku liat nama whatsappnya itu minho, di ig sinem namanya lee minho“
“dia pas ngechat lo, gimana?”
“biasa aja sih, to the point gitu, aku takut kakaknya galak tapi,”
“kenapa bisa mikir gitu?” tanya minho
“nggatau sih, cuma pikiran aja, mungkin?”
tiba-tiba pintu terbuka, “woy minho, lama banget— eh, adeknya changbin, ya?” ucap seorang teman minho
'channnn lo kenapa tiba-tiba masuk?!' batin minho
minho berlari ke arah pintu untuk menyeret chan sebelum chan mendapat jawaban dari seungmin.
“sorry, anak rese, biasa,”
“kakak. kak minho?”
“i-iya...”
“kok ngga bilang?! maksudnya, gitu deh...” tanya seungmin ragu
tiba-tiba nada bicara minho berubah, sedikit lebih tegas dan mengintimidasi, “buat apa juga bilang? oke, langsung aja.”
“apanya yang langsung, kak?”
minho memposisikan duduknya di kursi, menghadap seungmin, “nama, kelas, alasan masuk ekskul, motto. sebutin, 5 menit.”
seungmin menyebutkan semua yang diminta, hatinya berdebar karena tatapan intimidasi minho.
“kenapa alasannya itu? lo niat ekskul ngga?”
“niat, kak. kalo aku bilang nyari pengalaman nanti malah makin dipojokkin, kan bingung, yaudah aku pake jawaban juj—” jawaban seungmin terpotong karena perilaku kakak kelasnya yang tiba-tiba
minho berjalan mendekati seungmin, seungmin makin mundur dan semakin lama semakin terpojok di sudut ruangan, “dipojokkin kaya gini? atau gimana? ngomong yang jelas.”
“m-munduran, kak..”
yang lebih tua menggaruk tengkuknya yang sebetulnya tidak gatal, “sorry, jangan mikir macem macem, gua ga ada niatan mesum,” lalu minho memundurkan dirinya beberapa langkah kemudian melipat tangannya.
“maksud aku tadi, kaya.. nanti aku ngomong apa aja serba salah gitu.” lanjut seungmin dengan polos
“lo tau darimana kalo gua bakal nyalahin lo?”
“ngga, kan, BIASANYA.” ujar seungmin penuh penekanan.
“lo mau diterima ekskul ngga?”
“terserah deh kak, aku pasrah aja,”
“ok, nih kunci ruangan, lo yang pegang. kalo sewaktu waktu ada yang butuh, lo yang tanggung jawab.” kata minho sambil melempar kunci
seungmin menangkap kunci tersebut, “tapi aku kan bukan anggota, bukannya ngga boleh?” dengan suara agak lantang karena minho yang mulai beranjak keluar ruangan.
minho membelakangi seungmin sambil mengikat tali sepatunya, “lo tau maksud gue, kan?”
“maksudnya? eh, HAH?! yang bener aja, kak? aku diterima?”
sambil berjalan menjauh, minho mengacungkan jempolnya.
seungmin bermonolog, “wahh gila, ni orang maksud dan tujuannya apa coba? ngeprank?”