— under the moonlight


“halo?” sapa minho sebagai pembuka, “liat, lu kaya bocil deh, seung. bocil yang kalo keluar harus pake jaket tebel.” lanjutnya.

seungmin mendengus, “ih kenapa?” tanya-nya, “gapapa, lucu” kata minho sambil mengacungkan jempol.

“ini sebetulnya ngga terlalu tebel, kok. terus juga ini idenya abang,” seungmin mencebik.

“bagus dong, malem-malem jangan kaosan doang, dingin.”

“dih, sendirinya juga kaosan doang tuh,”

“yang ga boleh kaosan doang itu bocil, kan gua udah gede,”

“maksud kakak, aku bocil gitu? matanya kemana deh?”

“kan, makin kaya bocil hahaha— sabuknya dipake ya.”

seungmin memasangkan sabuknya, lalu menatap minho heran, “kak, tumben bawa mobil?”

“pengen aja, lagian takut baliknya kemaleman.”

kemudian minho mulai melajukan mobilnya. belum setengah perjalanan, minho menyerahkan tangannya yang membentuk dua jari, “pilih, jari telunjuk atau jari tengah.”

seungmin yang ragu pun bertanya, “ini apaan dulu?” minho memicingkan matanya, “mmm yaaa, ini anggep aja kaya mau ngapain dulu

seungmin tunjuk jari tengah minho, “ini aja deh, artinya apa?” minho tersenyum, “nah, sesuai. kalo jari tengah kita makan sama beli jajan dulu.”

“yesss! tapi, kita mau kemana?”

“kita nitip mobilnya di rumah chan. nah, ga jauh dari rumah chan tuh biasanya ada food court gitu. terus jalan sebentar, terus ada deh...” jelas minho.

tak lama, keduanya sampai di depan rumah chan— yang rupanya, sang pemilik sedang duduk bersantai di teras.

“oy, ho! langsung masukin aja.” setelah mendapat aba-aba, minho masukkan mobilnya ke garasi chan.

minho dan seungmin keluar dari mobilnya, “tante sama om kemana?” tanya minho basa basi, “nginep di rumah kakaknya,”

“ohh berarti aman dong, ya?” minho memainkan alisnya, “aman, sip, udah sana. keburu malem, ntar diributin changbin lagi.”

“hahaha, yaudah gua cabut dulu,”

“pergi dulu ya, kak!” seru seungmin.

mereka berjalan tak jauh, hingga nampak keramaian yang minho maksud.

“mau makanan berat atau jajan aja?”

“aku jajan aja, tadi udah makan sama abang.” kemudian mereka berjalan, disamping itu, minho mencoba untuk mengambil gambar dari keramaian di depannya dengan kameranya.

kemudian seungmin yang penasaran pun mendongak melihat minho. minho yang paham pun langsung menunjukkan hasilnya, “gimana?” seungmin tercengang, “ihh bagus, kak! lagi-lagi!”

“iya ayo sambil jalan, sekalian lu liat liat mau jajan apa. harus jajan loh, ya”

“beres deh.”

lalu, seungmin memilih beberapa jajanan yang menarik perhatiannya. ia membeli sekotak takoyaki, thai tea, tak lupa dengan dimsum, juga roti toast dengan saus black pepper.

sedangkan minho, ia membeli manisan rambut nenek, es coklat, sosis kentang, dan corn dog.

'ini namanya kulineran' batin seungmin.

sembari jalan, minho terus menangkap gambar. tak jarang juga minho mengambil gambar seungmin yang tengah membayar jajanannya. juga menjadikannya objek utama di tengah keramaian.

“beres!” ucap seungmin yang selesai dengan apa yang ia beli.

“masukin tas gua aja makanannya.”

lalu seungmin membuka resleting tas minho— lalu memasukkannya.

mereka semakin berjalan menuju tempat yang minim lampu jalan. hal itu membuat seungmin bingung, “kita mau kemana?” minho menunjuk bukit di belakang sekolah.

“di sana kalau malem itu bagus.”

“apa ngga gelap?”

“ngga, di sana justru ada banyak orang, biasanya sih banyak yang ke sana. terus ada penjual dadakan yang nyediain lapak buat makan lesehan gitu,” seungmin kaget, bagaimana bisa ia baru tau tempat semacam itu.

“kita nanjak dong?”

“ya... iya, gimana lagi?”

mereka terus berjalan sampai pada gapura, mereka berhenti sejenak.

“ini, lu gendong tas gua,” minho menyerahkan tasnya, tanpa basa basi, seungmin langsung ambil.

“nah, lu naik,” kata minho.

“ayo!” kemudian seungmin berjalan mendahului minho yang baru mengambil posisi berjongkok.

lalu minho berlari mengejar seungmin, menarik tudung kepala pada hoodienya, “bocil, lu naik ke punggung gua. gua gendong.”

seungmin menautkan alisnya, “berat kali kak,” minho memasangkan tudung kepala seungmin, “emang.”

“tuh, yaudah jangan!”

“becanda si— ayo naik. di sini masih gelap, kalo gamau naik gua tinggal.”

seungmin menatap minho sinis, “iya iya, dasar maksa!”

“udahh?” minho memastikan.

seungmin berseru, “satu... dua... tiga... lets gooooo!”

seungmin memposisikan satu tangannya ke depan bak superman yang sedang terbang, sedangkan minho berlari kecil sambil tertawa.

— : —

mereka pun sampai diatas bukit, yang ternyata tidak terlalu jauh. kalau kata seungmin, ini adalah bukit versi mini.

seungmin kemudian loncat dari gendongan minho, “ih, ih, apaan nih bagus banget???” seungmin menatap pemandangan dari atas bukit dengan ekspresi kagum.

“bagus, kan? — coba nengok,”

seungmin menoleh,

ckrek!

kilau flash dari kamera minho menyilaukan pandangan seungmin.

“inoooo!”

“hahaha, bagus kok, nih liat.”

“iya bagus, tapi kan kaget.”

kemudian minho mendatangi seorang penyedia jasa pinjam tikar yang memang selalu berjualan di sana.

“kak, kenapa kita ke sini?”

“biar ga berisik, di sini ngga terlalu rame, tapi ngga sepi banget juga.”

“iya sih bener, ada orang tapi ngga banyak, jadi pas.”

kemudian seungmin mengeluarkan semua yang dibelinya tadi, “kak, kamu sering ke sini?” minho mengangguk, “sering, sendirian.”

“kak, kalau mau ke sini jangan sendirian, ajak aku!”

“boleh, tapi gantian ya nanti, lu yang gendong gua, gimana?”

“ih, kan yang tadi kakak yang mau,”

“iyaa, kalo lu yang mau juga gapapa, gua gendong naik turun.”

“emang ngga berat?”

“”gendong aja bocil, nah, rasanya kaya gitu.”

“sumpah, stop ngeledekin aku bocil bocil!”

“emang bocil, nih, kecil banget, segini.” minho mengangkat tangannya dengan jari membentuk (🤏)

“kalo gitu aku boleh minta gendong setiap hari?”

“boleh boleh,”

“di sekolah?”

“boleh, biar orang tau, seungmin sekecil itu, seungmin punya gua..”

“hahaha bisa! tapi nanti ciwi ciwi kamu....”

“ciwi ciwi apaan, ngga ada tuh!”

“minho lovers, hahahaha” seungmin tertawa kencang.

sinar bulan menemani mereka—berbincang ringan, tertawa, menangkap gambar satu sama lain. melakukan hal-hal sederhana yang besar dampaknya bagi keduanya.

mereka rasa, hari itu adalah hari dimana mereka lebih terbuka satu sama lain dibanding hari biasanya— yang hanya sekedar bercanda, atau hanya meledek satu sama lain.

namun, kali ini beda, mereka coba berbicara menggunakan hati. dengan perlahan, tapi sampai.

...jika bukit ini bisa berbicara, mungkin sekarang ia sudah mengucap syukur karena hari itu adalah pertama kalinya minho datang dengan ke sana tawa, dengan perasaan bahagia, dan juga dengan seungmin.


p.s : latar bukit ini udah pernah aku pakai di oneshot angkasa pukul tiga pagi. aku baru inget pas udah selesai nulis hehehe, well.. semoga ngga bosen ya! 🤓