the most beautiful thing


Suara nyaring motor Jisung dari radius beberapa meter terdengar oleh Seungmin. Ia yang semula bersantai sambil menonton film pun memutuskan untuk bersiap mengambil posisi tidur. Jangan heran, itu kebiasaannya tiap kali Jisung datang.

Sedangkan Jisung yang sudah kelewat hafal tingkah kekasihnya itu, begitu masuk, ia langsung berlari kecil ke arah Seungmin dan menjatuhkan badannya di atas tubuh kekasihnya. Biasanya, Seungmin langsung bangun dan melayangkan beribu pukulan pada tubuh Jisung sebagai bentuk protes.

Namun, kali ini tidak.

Maka dari itu, Jisung beralih untuk menggelitik pinggang serta leher Seungmin. Benar saja, Seungmin pun langsung tertawa geli. Senyum lebar disertai suara tawa yang memenuhi ruangan milik kekasihnya itu merupakan salah satu hal yang paling Jisung puja. Bagi Jisung, senyum itu tampak cocok bersanding dengan wajah rupawan lelakinya.

”... Ahahaha ampun, ampun! udah, Ji, geli ... udah!” ucap Seungmin sambil menggeliat ke sana kemari untuk menghindari serangan Jisung.

Jisung pun akhirnya menyudahi aksinya. “Oke, satu kosong, ya. Hahaha!”

“Kamu curang,” protes Seungmin sambil membenarkan rambut, serta bajunya yang sudah tak terlihat elok. ”... dan aku masih marah sama kamu!”

“Loh, marah kenapa? Kan aku bawa es krim.”

Seungmin hanya melirik Jisung sinis, bibirnya mencebik kesal. Terdengar juga suara gerutuan yang keluar dari bibirnya.

Jisung pun perlahan mendekat. “Oh! Hahaha ... iya, kamu cantik, ganteng, cah ganteng, cah ayu, bagus, apik, cakep paripurna sedunia,” kata Jisung sambil mengusakkan hidungnya pada hidung Seungmin. Ia tahu, bahwa Seungmin menyukai itu.

“Masa harus dikasih tau!”

Jisung hanya mengedikkan bahunya sambil berdiri, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci kakinya.

Selagi Jisung di kamar mandi, ponsel Jisung tak berhenti menunjukkan notifikasi pesan masuk dengan nama 'je' yang tertera di sana. Seungmin yang sibuk mengamati pun tiba-tiba menyadari, bahwa wallpaper layar kunci milik Jisung bukan lagi foto dirinya yang kemarin. Melainkan foto yang ia kirim tadi.

Tentu saja Seungmin tersipu, hatinya mendadak berubah menjadi taman bunga, perutnya pun dipenuhi ribuan kupu-kupu.

Seungmin memutuskan untuk beranjak dari kasurnya dan menunggu Jisung keluar. Saat pintu terbuka, dan Jisung sedang mengusap wajahnya dengan tisu—Seungmin tiba-tiba menabrak tubuh Jisung dan memeluknya erat.

“Dih, kamu kenapa?”

Seungmin melepaskan pelukannya sejenak. Tangannya yang semula memeluk Jisung, kini mengalung indah di leher pemuda itu. Sedangkan tangan Jisung tanpa sadar sudah hinggap pada pinggang Seungmin.

“Hehehe ... makasih banyak! Aku sayang kamuuuuu,” ucapnya yang kemudian membungkam bibir Jisung dengan ciuman. Kekasih Seungmin itu dengan susah payah menahan rasa gemasnya.

Bibir mereka beradu dengan lembut tanpa terburu-buru. Sesekali mereka tersenyum di sela-sela ciuman itu, dan entah mengapa... bagi mereka, euphoria tiap kali mereka bercumbu rasanya masih sama seperti pertama kali.

Rasa bahagia dan antusias itu masih tiba-tiba membuncah tiap kali bibir mereka bertemu, jantung mereka pun masih menunjukkan irama detak yang tergesa, perut mereka juga masih dipenuhi rasa menggelitik.

Kemudian, dirasa pasokan udara mereka menipis, mereka sepakat untuk menyudahi sesi bercumbu mereka dan beralih untuk menatap wajah satu sama lain.