Tersisa kurang lebih 3 menit untuk Seungmin berlari dari depan sekolah menuju gerbang. Maka, begitu motor terhenti, Seungmin langsung turun dan menyerahkan helm yang semula ia kenakan. Tak lupa juga ia ucapkan terima kasih.

Seungmin berlari secepat yang ia bisa. Hanya tersisa sedikit celah sebelum gerbang tersebut akhirnya tertutup, namun Seungmin masih dapat menerobosnya.

Begitu kakinya memasuki gerbang sekolah, langkahnya terhenti. Ia membungkuk, kemudian tangannya ia letakkan di lutut. Seungmin berusaha menetralkan nafasnya yang memburu. Saat pandangannya ia lontarkan ke bawah, tiba-tiba sepatu yang biasa Hyunjin kenakan muncul di depannya. Lantas Seungmin langsung mendongak untuk memastikan.

Benar saja, dilihatnya wajah Hyunjin yang—entah mengapa—terlihat sumringah. Tangan Hyunjin tiba-tiba meraih botol minum milik Seungmin yang terletak di samping tas.

“Minum nih,” ucapnya sambil menyodorkan botol minum, yang kemudian diterima dengan baik oleh Seungmin.

“Lo beneran nungguin?”

“Kalo bohong mah gua ngga di sini dong.”

Seungmin hanya mengangguk malas, kemudian tangan Hyunjin meraih tangannya yang masih lunglai akibat berlarian tadi.

Ternyata, langkah Hyunjin membawanya ke arah kantin. Alih-alih protes, Seungmin hanya mengikuti langkah Hyunjin. Karena ia merasa, memprotes Hyunjin hanya akan membuat tenaganya habis.