— Sorry
cw // kissing
“kenapa ngga dilanjut makannya? kamu kenyang?” tanya sastra begitu ia melihat nara yang mendadak terdiam.
nara beranjak dari sana untuk mencuci mukanya, tanpa menjawab pertanyaan sastra terlebih dahulu. rahangnya terlihat sangat tegas, pandangannya lurus ke depan, alisnya yang saling bertaut, serta wajah yang sedikit memerah.
nara marah sama gue? pikir sastra.
begitu nara kembali dari kamar mandi, sastra bertanya untuk memastikan, “taka, kamu marah?”
ia tidak menjawab. melainkan langsung berjalan ke kasur miliknya.
sastra menghampirinya sambil tetap mengulang pertanyaannya, “kamu kenapa, ka?”
“iya gapapa, ngga usah dihabisin, salah aku juga beli buat kamu tanpa bilang-bilang dulu sama kamu.” sambungnya.
hening
“taka, maaf...” ucap sastra sekali lagi.
“tidur.” suaranya serak.
“maaf...”
nara menyingkap selimutnya dan menghampiri sastra yang duduk di kasurnya— tertunduk, merasa bersalah.
ia mengangkat rahang sastra dengan jari telunjuknya, “aku ngga suka liat kamu cemberut gitu.”
sastra mendongak, “tapi kamu—” perkataan sastra terpotong seketika— bibirnya dibungkam oleh nara.
ciuman nara kali ini terasa terburu-buru dan sangat menuntut. sastra tidak bisa mengimbanginya.
“hmmpphh—” sastra memukul-mukul dada nara. pasokan oksigennya habis.
benang saliva tercipta antara keduanya. mereka saling menatap dengan napas yang terengah-engah. sastra menyadari mata nara memerah, entah marah atau menangis.
nara kecup kecil setiap inci wajah sastra yang terlihat bingung— lucu, batinnya.
kecupannya mendarat lama pada leher jenjang sastra. nara cium leher sastra sambil sesekali gigit kecil kulit mulus sastra— yang padahal baru saja hilang bercak keunguannya. nara ciptakan beberapa tanda kepemilikan baru di sana.
“haa— ahh” sastra jambak rambut nara ke belakang sambil sesekali mendesah.
“close your pretty eyes, sas.” perintah nara terdengar mutlak. tanpa basa basi sastra menutup matanya.
ia kecup lagi bibir sastra sebagai pembuka. kemudian lidahnya membelit lidah sastra— sentuh langit-langit mulut sastra— mengabsen deretan gigi sastra. walau mustahil mengimbangi ciuman nara, tangan sastra tetap menahan tengkuk nara supaya ciumannya makin dalam. untuk mengakhiri— nara hisap lama bibir bawah sastra yang sudah membengkak.
“ngghhh, taka..“
nara istirahatkan kepalanya pada dahi sastra, “i love you...“ mata sastra yang semula terpejam pun akhirnya dibuka, “nothing can separate us.” imbuh nara.
sastra tidak menjawab, ia tenggelamkan wajahnya pada ceruk leher nara.
“what's bothering you, taka? you can tell me...” batin sastra.
“kenapa ciumannya kasar?”
“sorry... did i hurt you?” nara usap pipi sastra yang memerah, sambil memperhatikan— apakah ada yang terluka atau tidak.
“almost.“
“sorry, aku—”
“you can tell me when you're ready, jangan dipaksa, oke? inget, kamu punya aku buat cerita. jangan disimpen sendiri.”