selamat menua, sayang!

cw // kissing, making out


berbekal kunci cadangan dan kerjasama pemilik kost, kini seungmin bisa memasuki kamar jisung dengan mulus. seiring ia melangkah, makin kuat pula rapalan maaf yang menggema dalam batinnya. maniknya tatap seluruh penjuru ruangan, kemudian rasa rindu itu tiba-tiba datang dan menyabet hatinya.

kendati baru seminggu seungmin tak mengunjugi ruangan ini, pikirannya sudah berkelana ke sana kemari, membayangkan sesuatu yang tidak seharusnya ia bayangkan. namun sejujurnya, seungmin tidak pernah sanggup untuk membayangkan bagaimana rasanya jika harus asing dengan ruangan tempatnya berbagi segala hal dengan jisung.

gelembung lamunannya pun pecah, seungmin mengusap wajahnya dan menghela napas panjang. kedua tangannya bergerak untuk mengeluarkan kue yang sudah ia pesan jauh-jauh hari. seungmin kemudian menatap kue itu dengan bangga, sebab, mendapatkan kue ini bukanlah hal yang mudah. ia harus bersaing dengan puluhan—bahkan ratusan—orang lainnya untuk mendapat slot kue pada hari yang ia mau—hari ulang tahun jisung.

ketika kue tersebut telah ia masukkan ke dalam kulkas—yang sengaja jisung beli untuk menyimpan berbagai camilan untuk seungmin—tak lama, suara motor jisung pun terdengar nyaring dari radius beberapa meter. seungmin bergegas masuk ke dalam selimut yang berada di atas ranjang kesayangan kekasihnya itu, dan menjajarkan diri dengan tumpukan bantal, juga guling.

langkah sepatu yang seungmin percayai adalah milik jisung itu pun berhenti tepat di depan daun pintu. beruntungnya, seungmin tak lupa mencabut kunci yang semula menggantung di lubang kunci. akibatnya, kini jisung dapat masuk ke kamarnya tanpa menaruh curiga sedikitpun.

jisung suka gelap. maka dari itu ia memilih untuk menyalakan lampu berwarna kuning hangat untuk menerangi ruangannya, lalu tak lupa juga ia nyalakan pendingin ruangan. pria itu kemudian mendudukkan diri di sofa berukuran sedang miliknya.

di bawah sana, seungmin mati-matian menahan pasokan udara yang terbatas untuk paru-parunya. selagi menggerutu, seungmin dengar jisung bergumam pelan, “seungmin ke mana coba? kok ngga ngabarin?”

saat itu, jika boleh jujur, seungmin merasa tak kuasa mendengarnya. jisung memang banyak bercandanya, namun seungmin tau—perasaan jisung padanya bukanlah sebuah bercandaan belaka.

“halo, je. seungmin gimana? masih sama lu dan yang lain atau udah pulang? soalnya tadi gua ke kamarnya tuh lampunya mati.” ketika namanya disebut, manik bulatnya pun melebar.

“udah tidur kali, ji, anaknya.” kata jeongin di seberang sana.

setelah telepon dimatikan, jisung berdiri dan melangkah ke sana kemari dengan gelisah. jisung berdecak sekilas, kemudian kembali berkata, “udah tidur gimana? orang seungmin aja ngga bisa tidur dalam keadaan gelap. mana mungkin dia matiin lampu?”

pria bersurai kecoklatan itu pun melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi—seungmin duga jisung akan pergi mandi, maka dari itu ia pun dengan segera menyingkap selimut itu dan mengambil tarikan napas sedalam mungkin guna dipasok ke dalam paru-parunya yang kian sesak.

sekitar 15 menit kekasih seungmin itu menghabiskan waktu di kamar mandi, akhirnya ia pun keluar sembari mengusak rambutnya dengan handuk. seungmin yang sudah membenarkan posisi tubuhnya pun kini dapat mengintip keberadaan jisung yang tengah berdiri di depan kulkas, membaca catatan yang seungmin tulis di secarik kertas.

“selamat menua, ya, sayangku! di dalam ada kue. enjoy your day!”

mengingat kata-kata yang ia tulis, seungmin merasa bodoh. bagaimana bisa jisung merasa senang ketika dirinya tidak berada di samping pria yang tengah berulang tahun itu.

jemari jisung kini meraih gagang pintu kulkas, dan membukanya. terlihat jelas kue ulang tahun dengan warna krim dominan biru dengan tulisan ucapan selamat ulang tahun pada umumnya. dapat seungmin lihat sekilas bahwa jisung tersenyum melihatnya.

tak banyak aksi, jisung pun berjalan mendekat ke arah kasurnya—tentu, untuk beristirahat. saat jisung menarik laci nakasnya untuk mengambil baju tak berlengan yang biasa ia pakai untuk tidur, tiba-tiba saja seungmin menyingkap selimutnya dan berseru, “surprise, i'm here!” senyum canggung pun terlukis di wajahnya.

bohong jika jisung tidak terkejut, karena nyatanya dirinya nyaris terjerembab ke belakang akibat ulah seungmin.

ia perhatikan napas seungmin yang sedikit terengah dan sedikit keringat yang membasahi dahinya. jisung simpulkan, penyebabnya tak lain adalah berdiam diri terlalu lama di bawah selimut.

“kamu...” sebelum jisung menyelesaikan kata-katanya, seungmin buru-buru meraih tubuh jisung untuk ia peluk. sungguh, pada saat itu ia ketakutan. bukan takut jika jisung akan membalasnya dengan hal jahat, bukan. tetapi seungmin terlalu takut untuk sekedar tatap mata kekasihnya itu, ia tau betul bahwa jisung tidak pernah bisa benar-benar marah padanya—namun, justru hal itulah yang seungmin takutkan. ia takut kesabaran jisung habis dan...

“kamu sejak kapan di sini?” tutur jisung lembut sambil usap kepala seungmin yang disandarkan pada perutnya.

just in case kalian bingung, jadi posisi jisung itu masih berdiri, sedangkan seungmin duduk. jadi seungmin meluk pinggang jisung, terus kepalanya ada di perutnya jisung, gitu.

seungmin enggan menjawab pertanyaan yang jisung layangkan, ia justru membuat rangkaian kalimat lain untuk diucapkan.

“selamat ulang tahun, ji. kamu cowok aku paling keren, kamu sekarang udah tambah dewasa, otomatis kamu bakalan jalanin hidup yang lebih berat nantinya. tapi aku harap jalan kamu selalu dipermudah sama tuhan, ya. buat beberapa hari ini... aku minta maaf, aku beneran minta maaf banget ke kamu. just so you know, aku tadi ngga beneran pergi, kok. ini cuma bagian dari rencanaku, maaf kalau kebangetan. aku gapapa kalo kamu bilang “this is the worst birthday i’ve ever had”, aku paham. i'm sorry, i ruined everything. kamu boleh marah,” jelas seungmin panjang lebar. tangan jisung masih setia mengusap kepala seungmin, karena jisung tau, seungmin bisa sedikit lebih tenang dengan ini.

tanpa bisa seungmin lihat, jisung tersenyum sekilas ke arahnya. memandang pria yang masih memeluk erat dirinya itu dengan penuh cinta, perasaan jisung membaik setelah ia melihat seungmin bersamanya saat ini.

“how could this be the worst birthday when you're in it?” ucapan jisung itu sukses membuat mata seungmin membulat penuh harap. sekarang, ia pun mulai mendapat keberanian untuk menatap jisung kembali.

seungmin perlahan melepas pelukan itu, kemudian jisung menggeser tubuh seungmin supaya dirinya dapat duduk di tepi kasur—di depan seungmin.

walau ruangan ini hanya berbekal lampu dengan pencahayaan remang, dapat jisung lihat manik seungmin yang masih menatapnya penuh harap. jisung tatap obsidian legam itu semakin dalam, lama kelamaan jarak yang mereka buat pun makin menipis.

mustahil rasanya jika jisung tidak dapat mendengar degupan jantung seungmin dengan jarak sedekat ini. jisung makin mendekatkan wajahnya ke telinga seungmin, kemudian ia berbisik, “thank you.” sebelum akhirnya ia selipkan tangannya pada tengkuk seungmin dan mulai menyatukan bibir mereka.

gerakan lembut yang jisung buat sukses membuat seungmin refleks membalas ciuman pria bersurai kecoklatan itu.

bibir keduanya bergerak perlahan, namun terasa pasti. sekilas dapat seungmin rasakan tangan jisung yang satu lagi mulai hinggap pada pinggangnya, kemudian menarik dirinya untuk mendekat.

mengetahui hal itu, seungmin hanya bisa tersenyum di sela-selanya. tangannya pun dibawa untuk mengalung indah pada leher jisung.

intensitas ciuman mereka makin memanas saat jisung sengaja selipkan hangat tangannya untuk meraba pinggang seungmin, lenguhan itu tertahan, menyisakan seungmin yang tanpa sadar membuka mulutnya untuk mempermudah benda lunak tak bertulang itu beradu.

lidah mereka bertemu, menghasilkan suara khas yang—tentunya—hanya mereka yang dengar. yang lebih tua memimpin ciuman itu, sedang seungmin dibuat kewalahan olehnya. jisung menciumnya rakus, dan entah mengapa, meskipun lelah mengimbangi tempo yang jisung buat, rasa senang dalam hatinya pun membuncah.

lidah mereka melesak ke masing-masing sisi, membelit satu sama lain. bibir seungmin dilumat bergantian, ciptakan suasana yang kian memanas. entah mengapa, peluh kian tercipta antar keduanya, padahal seingat jisung, ia sudah mengatur suhu pendingin ruangan itu lebih dingin dari biasanya.

lama kelamaan, seungmin merasa dirinya kian terdorong ke belakang. bahkan, dirinya nyaris dalam posisi tiduran. ulah siapa lagi?

ciuman mereka pun terlepas, jisung seakan mempersilahkan seungmin untuk mengisi kembali pasokan udara yang barusan ia raup habis.

posisi mereka kini berubah total, posisi seungmin sengaja jisung rebahkan di bawah kungkungannya. tentu saja, seungmin menyadarinya sepersekian detik kemudian.

persetan dengan protes yang seungmin suarakan, jisung sibuk mengecupi setiap inci dari wajah kekasihnya itu. kemudian, ia kembali mencium seungmin. tangan kirinya sibuk mengusap perut hingga pinggang seungmin, yang menciptakan reaksi seperti tersengat sesuatu. belum lama dari sana, mata seungmin seketika terbuka lebar saat jisung mulai meremat pinggangnya. ingin rasanya seungmin suarakan nikmatnya, namun sayang, mulutnya tengah dibungkam.

tangan seungmin perlahan merambat ke rambut jisung, menariknya pelan seiring jisung memperdalam ciuman dan melesakkan lidahnya tak sabaran.

setelah beberapa saat, akhirnya ciuman mereka pun disudahi. jisung menjatuhkan badannya di samping seungmin yang masih terlihat malu-malu akibat rona merah yang menjalar di seluruh wajahnya. jisung hanya tersenyum hangat melihatnya.

mata seungmin yang tak sengaja menjelajah pun menyadari, bahwa sedari tadi jisung tidak mengenakan baju atasan sama sekali.

“ji, baju kamu... ke mana...”

“mau sekalian?” ledek jisung sambil tersenyum jahil.

“besok aku masuk pagi!” ucap seungmin sambil menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. rasa-rasanya, ia merasakan kembali rasa hangat yang tertahan di pipinya.