— ruang sinematografi 2

lowercase


seungmin melangkahkan tungkainya menuju ruang sinematografi— ruang yang ia hindari selama beberapa minggu.

walaupun seungmin terkadang masih mengingat hal menjengkelkan pada hari itu dan enggan ke ruang tersebut— namun, tidak menutup fakta bahwa ia menuruti permintaan minho— manusia penyebab dirinya kesal. dan sekarang, ia sudah berada tepat di depan pintu dengan perasaan senang cenderung campur aduk, memikirkan apa yang akan menjadi topiknya dengan minho kali ini.

secara, dirinya tak pandai memulai percakapan, sedang minho tak mahir mencari topik.… entah apa jadinya jika mereka berdua berada dalam satu ruangan yang sama. mungkin mereka akan diselimuti oleh rasa hening hingga jam istirahat berakhir. tapi, siapa tahu kali ini berbeda.

“kakkk???” panggil seungmin dari luar, “kok dikunci? — ehh atau belum di dalem ya?” sambungnya.

kemudian bunyi kunci diputar terdengar di telinga seungmin, “sini, masuk,” ketika seungmin masuk, minho mengunci pintunya lagi.

seungmin menatap minho penuh heran, “kenapa dikunci?” tanya-nya.

“soalnya kalo ngga dikunci kadang ada anak yang istirahat di sini,— tenang gua ga macem-macem kok.” jawab minho.

seungmin tahu apa maksud perkataan minho, maka, ia hanya menanggapi kalimat sebelumnya, “anak? anak apaan, kak, maksudnya? umm.. han.. tu... anak anak?”

minho menghela nafasnya, “bisa-bisanya lu mikir begitu. maksudnya tuh ya murid yang lain. logika aja, kalo hantu, walaupun dikunci masih bisa masuk, kan?”

“iya sih... kali aja gitu hantunya beda,”

minho tidak menjawab, ia menggelar karpet bulu yang biasa anak ekskul sinematografi gunakan ketika rapat atau sekedar bersantai.

“bawa bekal apa?” tanya minho.

“bawa nasi goreng. tadi mau bawa makanan yang beberapa macem lauk gitu, tapi bunda kesiangan.” jawab seungmin yang sudah membuka kotak bekalnya ketika minho menggelar karpet.

minho mengangguk, “sini di bawah aja,” lalu seungmin bawa kotak bekalnya.

ketika seungmin hendak duduk, ia teringat sesuatu, “yahhhhh... aku lupa bawa minum, bentar ya kak,”

“disini aja jagain ruangannya, gua mau keluar bentar.”

“ish aneh— jangan lama-lama.”

ketika minho sudah berada di luar ruangan, seungmin mulai mengeluh akan sikap aneh minho — yang menyuruhnya datang, tapi dia sendiri meninggalkan seungmin sendirian. seungmin tidak berpikir bahwa minho pergi untuk membeli air mineral untuknya, karena, sungguh, seungmin tidak berpikir bahwa minho adalah tipikal orang yang seperti itu.

seungmin pikir, minho orang yang cuek. memang, hal itu tidak salah, namun 'cuek' yang dipikiran seungmin adalah cuek yang seperti betul-betul tidak peduli, tidak mau tahu, sedikit kasar, enggan meminta maaf, dan tentunya asal bicara.

tapi tenang itu hanya first impression dan tolong maafkan pikiran seungmin pada saat itu. karena sekarang seungmin merasa bahwa minho tidak seburuk itu. hal-hal buruk yang dipikirannya saat itu langsung terbantah seketika, kecuali sifatnya yang cuek itu. minho masih cuek, dan mungkin itu ciri khas nya, pikir seungmin.

minho memasuki kembali ruangan tersebut, “kakak abis darimana sih?” tanya seungmin dengan mulut penuh makanan.

jawaban minho lain dari jawaban yang diminta seungmin, “makan itu dikunyah, seungmin. bukan diemut.”

“kata bunda, aku emang kalo makan lama, tapi ngga diemut. cuma ngunyah-nya aja yang lama.” jawab seungmin mantap.

setelah mengunci pintu, minho meletakkan sebuah botol air mineral di sampingnya kotak bekal seungmin, “nih, buat minum.”

seungmin mengambilnya botol tersebut, “hihihi makasih kak!”

seungmin berkata dalam hati, 'sekarang apa?'

karena, minho hanya memperhatikan seungmin makan. sembari sesekali melihat ponselnya yang sebetulnya hanya digeser ke segala arah tanpa punya tujuan pasti.

“kata abang, kalo lagi ngobrol sama orang, mendingan hpnya disimpen dulu.” ucap seungmin tiba-tiba yang otomatis mengejutkan minho.

minho menaruh handphone-nya di sebelahnya, “iya, mau ngomong apa?” kata minho yang langsung memusatkan pandangannya pada seungmin.

“ummm, apaya... aku penasaran aja kenapa kakak kaya cuek gitu? atau apaya dibilangnya, pendiem padahal ngga juga, tapi keren juga.” seungmin mengedikkan bahunya.

minho tersenyum, “mau bilang kalo gua cool? bilang aja, emang bener, kan?”

“ih ngga ya, pede banget— btw, aku ngga suka kalo kakak terlalu ketus gitu nadanya, serem, berasa dimarahin, udah gitu mukanya datar aja lagi.” jelas seungmin

“emang iya? perasaan biasa aja. kalo muka, kayanya ngga yakin bisa 'ramah' terus. soalnya emang begini muka gua,”

“kak, aku ngga nyuruh kamu ngerubah apa-apa, cuma cerita aja. kan sekarang aku tau kalo kakak sebenarnya ngga beneran marahin aku, cuma nadanya aja kaya orang marah.”

“maaf ya, lo jadi mikir gitu...”

seungmin mengerucutkan bibirnya, maksud seungmin bukan seperti itu, seungmin tidak menuntut kata maaf dari minho karena memang bukan itu maksudnya. seungmin hanya bercerita sedikit tentang pandangannya ke minho,

“kok minta maaf? ga perlu, orang kakak ga ngapa ngapain. aku juga baru kenal kakak, anggap aja penyesuaian, ya.”

minho tidak menjawab karena merasa sedikit canggung, ia tidak pandai dalam mengucap kata, namun jika soal aksi, perlakuan maupun pembuktian, ialah jagonya.

minho mengambil remote proyektor untuk memutar lagu, “mau lagu apa?”

“the most beautiful thing (?) — ah aku ngga tau lagu yang bagus, mungkin genrenya bukan tipe kakak.”

“kan gua nanya ke lu, berarti gua 'ikut' lu.”

“gitu yaa... coba aja setel,”

minho mencari judul lagu tersebut di bar pencarian, kemudian muncul di baris paling atas. maka tanpa ragu minho pencet video musik paling atas.

kemudian akhirnya, seungmin menyelesaikan acara makan bekalnya, kemudian menutup kotak bekal lalu minum.

saat itu, minho menerima panggilan masuk. minho izin mengangkat panggilan tersebut. sepertinya, bukan panggilan yang terlalu penting, karena minho hanya mengucapkan beberapa kata yang meng-iya-kan si pembicara di seberang sana.

“seung seung, masa katanya guru-guru rapat lagi? aneh, bukannya kemarin udah rapat ya? masa rapat terus.” ujar minho sarkas, padahal dalam hatinya ia merasa senang.

“yang bener kak? coba aku cek dulu,” seungmin buka handphone-nya untuk memastikan info yang masuk adalah benar, “eh iya, kata temenku, berarti kita freeclass dong?” kemudian ia tertawa.

minho mengangguk, “iya sampai ishoma. btw mau nyanyi ngga? micnya bisa nih, daripada ga ngapa-ngapain kan?” tanya minho sambil mempersiapkan mic dan speaker mini yang akan digunakan.

“mau mau mau!”

mereka menghabiskan waktu freeclass mereka untuk melakukan hal-hal acak yang sekiranya bisa dilakukan, mulai dari karaoke-an, menonton film pendek, me-review dan mendengarkan rekomendasi lagu satu sama lain, dan sebagainya.

tak terasa, pada film pendek terakhir yang mereka putar, seungmin secara tak sadar tertidur pulas.

minho yang menyadari itu pun membiarkan seungmin tidur, “capek banget emang?” minho menatap seungmin sambil bergumam. mendengar gumam-an minho, seungmin sedikit terusik, “tidur aja, nanti gua bangunin,”

kemudian minho menjauh menuju meja, takut tiba-tiba ada orang yang mengintip ke arah pintu— mengingat pintu tersebut terbuat dari kaca yang walaupun luarnya gelap, jika diteliti, masih bisa melihat ke arah dalam. takut jika nantinya ia dikira berbuat yang tidak-tidak dengan seungmin.

ia menatap seungmin yang sepertinya sangat tenang dalam mimpinya, hal itu membuat hati minho menghangat. di sisi pikirannya yang lain, ia mengakui bahwa seungmin terlihat cantik saat tidur, dan ia mempertanyakan, bagaimana bisa seseorang tidur dalam keadaan cantik? mungkin ia akan bertanya pada seungmin suatu hari nanti.

saat sedang fokus memperhatikan seungmin, ia mendengar seungmin bergumam— yang tak lain bahwa seungmin sedang mengigau. ia hampiri seungmin perlahan-lahan.

“kak minho galak... je... lek...” ucap seungmin di mimpinya.

minho lagi-lagi hanya bisa tersenyum, menahan gemas.

satu jam berlalu, waktu ishoma pun tiba. minho bangunkan seungmin dengan hati-hati,

“seung, bangun, ishoma. istirahat dulu ayo ke kelas atau jajan ke kantin.”

seungmin membuka matanya perlahan-lahan, “h.. hah? seriusan kak? aduh kayanya aku tidur lama banget,”

“ngga, ngga lama, cuma satu jam lebih sedikit.”

seungmin merenggangkan tubuhnya, “itu lumayan lama tau, kalo tidur di sekolah tuh ngga tau kenapa jadi 'berasa' gitu” ucapnya sambil membuka botol air mineral.

“kakakkk...” panggilnya.

“apaa?”

seungmin menunduk ragu, “m-mau baikan sekarang aja, boleh ngga?”

jemari minho terangkat untuk menegakkan kepala seungmin yang tertunduk, “jangan nunduk, kalo ngomong sama gua, liat gua, kaya kemarin kemarin..”

“iya.. kak, maaf udah ngerepotin beberapa minggu belakangan.”

“ngga ngerepotin— jadi, kita baikan?”

seungmin mengangguk ria bak anak anjing kegirangan, “baikan!”, kemudian tersenyum manis.

minho mengusak kepala seungmin, “udah, yuk, keluar— tadi lu dicariin 2 temen lu itu, si jisung sama jeong.”

kemudian keduanya meninggalkan ruangan yang menjadi penyebab sekaligus akhir dari pertengkaran mereka belakangan.