luka


hari ini merupakan hari yang cukup panjang untuk dilalui keduanya. pulang dari sekolah sebelum malam menjelang adalah dambaan mereka hari ini, dan beruntungnya hal itu dapat terwujud.

... dan di sinilah mereka berada, duduk bersama beralaskan karpet bulu sembari menyalakan televisi—yang sesungguhnya tak mendapat atensi.

aww... pelan-pelan plis, jangan digesek. di-tap tap aja, seung.” suara protes yang bersahutan dengan erangan yang keluar dari mulut hyunjin ini tak berhenti sejak tadi. tepatnya, sejak seungmin mulai mengoleskan obat merah pada luka di tubuh hyunjin akibat kejadian tadi.

seungmin membalasnya dengan decakan kesal sambil sesekali melempari hyunjin dengan tatapan sinis. “bisa diem aja ngga? tadi kayanya pas lagi pukul-pukulan ngga ada tuh ngomong aduh aw aw, giliran diobatin gini aja ngeluh terus,” kata seungmin sembari menekan kapas itu lebih keras.

“aaa.. pelan! sshh perih. terus atuh itumah beda, kan tadi mah ngga berasa. kalo udah kena air, terus kena betadine tuh rasanya nyawa udah di ubun-ubun, tau ngga?” balas hyunjin dengan argumen yang menurut seungmin sangat tidak rasional.

“ya mikir aja, emang kalo berantem kaya tadi nyawa lo tuh ngga di ubun-ubun juga?”

“itu cuma majas hiperbola!”

“giliran dibilangin aja, bisaan aja ngelesnya, segala majas majas dibawa.”

“siap, salah!”

kira-kira begitulah percakapan antar keduanya berlangsung. tak usah berharap banyak, karena isinya hanyalah argumen yang asalnya dari kepala yang secara harfiah berbeda 180 derajat.

dirasa cukup, keduanya beralih untuk makan. karena rasa-rasanya, khusus hari ini energi mereka lebih terkuras dibanding biasanya.

selesai mengonsumsi makanan masing-masing, mereka pun memilih untuk bersantai sejenak. seungmin menyandarkan kepalanya di pundak hyunjin, matanya ia pejamkan dengan nyaman, dan tangan mereka tertaut mesra. hyunjin tatap wajah seungmin dari pantulan kaca televisi yang sudah dimatikan sejak 10 menit yang lalu.

“seung,” panggil hyunjin pelan.

“um?”

“maaf, karena tadi ngga mikir dulu.”

seungmin mengangguk pelan, “walaupun gue ngga suka sama tindakan lo tadi, seengganya gue tau... gue ini siapa sih buat lo. eh! tapi maksud gue, ya... gue ngga minta pembuktian dengan cara ini. tapi berhubung ini semua terjadi di luar kendali, seengganya gue bisa ambil sesuatu dari sana. jadi, gue yang harusnya bilang maaf dan makasih. so... makasih banyak, ya, hyunjin!

“i love you, seung. just so you know, i love you... that much.”