love-hate


jengkel? sudah pasti. ibaratnya, sudah ribuan cemburu seungmin rasakan, namun yang ini rasanya berkali-kali lipat lebih berbekas. pasalnya, ini bukan lagi berkaitan tentang siapa yang menaruh perasaan dan siapa yang tak bisa membalas perasaan tersebut. tetapi, ini tentang dua orang yang pernah berbagi perasaan yang sama, walaupun akhirnya kandas, namun... siapa yang tau?

kendati demikian, seungmin percayakan seluruhnya pada han jisung—kekasihnya. ia percaya, bahwa selalu ada alasan dibalik suatu tindakan. walaupun terkadang tidak masuk akal—apapun tentang jisung—ia akan coba percaya.

gemuruh suara motor milik jisung menjalar ke dalam rungu seungmin—buat dirinya bersiap diri untuk menyambut sang kekasih dengan ratusan pertanyaan yang siap menghujam.

suara hembusan angin yang keluar masuk jendela kamar seungmin ikut mengiringi deru nafas dan langkah jisung yang kian jelas.

ketukan yang jisung layangkan sebanyak 3 kali itu menggema di seluruh ruangan. kemudian, begitu pintu dibuka, jisung rasakan hawa yang membuat bulu kuduknya naik. rasa-rasanya, ia seperti memasuki ruang penyiksaan.

“stop, berhenti di situ. jangan deket-deket sebelum jawab pertanyaan aku!” perintah seungmin begitu jisung maju selangkah melewati ambang pintu.

tangan jisung dikepalkan bertautan, jarinya bergerak gelisah, dan matanya menjelajah ke sembarang arah.

“duduk aja kalo capek,”

begitu jisung hendak melangkah ke sofa, tindakannya segera diinterupsi oleh suara seungmin. “siapa bilang boleh duduk di sofa? duduk di situ aja.” tanpa menjawab, jisung pun langsung duduk bersimpuh, dan kepalanya tertunduk lesu.

“you'd better not lie, ji.”

demi apapun, jika momen mereka dapat dirangkum, baru kali inilah mulut jisung dapat tertutup rapat saat bersama seungmin.

“coba cerita, cerita mantan kamu boleh, cerita tadi di tempat makrab juga boleh. go ahead!

jisung menarik napasnya panjang, kemudian menghembuskannya—dengan harapan, semoga sisa-sisa kebodohannya akan ikut terhembus secara bersamaan.

“okay, jadi... aku pacaran sama dia tuh waktu kelas 10 sampe kelas 11 awal kalo ngga salah. kita putusnya ngga baik, entah karena waktu itu aku yang baru pertama kali pacaran, makanya masih bingung harus ngapain, akhirnya berantem terus. atau emang seharusnya pacaran ngga kaya gitu. aku ngga bisa ngomong banyak tentang dia, selain karena aku ngga mau, aku udah ngga minat lagi buat bahas dia. sumpah, ini ngga bohong.”

seungmin yang duduk di pinggir kasur hanya menatap ke arah jisung, sembari mengangguk paham. kemudian, ia mengisyaratkan jisung untuk melanjutkannya.

“kalo tadi, aduh... sumpah sayang, aku ngga lirik-lirik ke dia, ngga salaman juga ke dia, pokoknya ngga ada kontak apa-apa sama dia. aku pure cuma nyampur sama sunwoo, jeno, hyunjae, yoshi, karin, giselle, sama echan doang. ya pokoknya sirkelanku aja, kalo ngga percaya tanya aja karin, dia ngga pernah bohong anaknya. sumpah.”

“terus kenapa bohong? kenapa ngga bilang kalo ada mantan kamu?”

“ya karena... aku pikir kan selagi aku udah ngga punya ikatan atau kontakan apapun sama dia, ngga ada masalah kalopun ngga bilang ke kamu. aku udah mau cerita ini dari lama, cuma kalo dipikir kayak... ngga penting juga, sayang. maksudnya bukan kamu yang ngga penting, tapi ya emang aku sama dia tuh kayak udah aja gitu loh, paham 'kan?”

seungmin kembali memijat pelipisnya yang sedari tadi berdenyut nyeri. “gimana bisa sih, ji, kamu bilang itu ngga penting?”

“iya... maaf, maaf. kamu boleh marah kok, kalo mau...”

“yaudah, bangun gih, bersih-bersih sana. terus tidur. aku mau tidur duluan.” seungmin pun berbalik dan menutupi dirinya dengan selimut tebal.

jisung pun tersenyum, menampakkan cengiran terbaiknya. yaa... walaupun kini seungmin tengah berpaling. kemudian ia berlari kecil, dan seperti biasa, ia menyingkap selimut tersebut, kemudian dengan sengaja menindih seungmin dengan tubuhnya.

“ji... ahhh beraaaaat!”

“aku minta maaf, ayo maafin aku dulu. janji ngga bakal gini lagi, janji bakalan bilang apapun ke kamu, even itu hal kecil,” ucap jisung sembari menggelitik leher dan pinggang seungmin.

“ah! hahahaha stop, jangan curang! kamu ngga bisa pake cara ini—aaaa jisung, geli! tolooong tolooong, ada orgil!”

“bilang dulu,”

“iya iya dimaafin, plis stop gelitikin aku, aku capek ketawa!” akhirnya jisung pun berhenti. kini, ia membalik tubuh seungmin untuk tatap dirinya sejenak sebelum akhirnya kembali berpelukan. jisung posisikan wajahnya pada perpotongan leher jenjang kekasihnya—menghirupnya dalam-dalam, kemudian tak lupa ia meninggalkan beberapa kecupan di sana.

“i hate you, ji. i really do.”

“hate me all you want, babe. but i know you love me the most.”