— jangan hujan, nanti kamu sakit.


tiga hari setelah hari di ruang sinematografi— minho memutuskan untuk mengambil langkah terakhir. maksudnya, jika kali ini seungmin menolaknya lagi, maka minho akan berhenti.

sekarang, cuacanya lumayan sejuk karena hujan tadi sore. hanya menyisakan mendung yang entah akan dilanjut dengan turunnya hujan atau tidak.

minho melajukan kendaraan bermotornya sambil membawa paw, kucing sekolah yang diberi nama oleh seungmin.

sesampainya di sana, minho memanggil-manggil seungmin. namun, yang terdengar hanyalah suara musik yang kencang dari arah kamar seungmin— di atas.

minho mengirim pesan pun rasanya mustahil akan dibalas. jika minho menerobos masuk— ahh apalagi itu, justru ia akan diteriaki maling. maka, minho gunakan satu satunya cara.

minho lepas gelang manik miliknya dan memutus talinya. beruntung, jendela kamar seungmin belum ditutup, jadi ia bisa melemparkan manik tersebut ke dalamnya.

untungnya berhasil.

tak lama, seungmin mengintip dari jendela dengan ragu-ragu— terlihat dari wajahnya yang setengah takut.

“seung!” seru minho.

“kamu ngapain? pulang kak, mendung.”

“mau ngomong sebentar.”

lalu seungmin mengabaikan minho, ia tidak berniat untuk keluar dari kamarnya, barang selangkah pun.

namun minho bersikeras untuk tetap menunggu seungmin. sampai akhirnya rintik halus mulai turun.

“aduh, paw!” minho seketika tersadar.

“seung!” minho berseru lagi.

“kenapa?”

minho mengangkat tinggi tinggi tas kucing yang dibawanya.

“seengganya bawa paw masuk, seung.”

seungmin mengambil tongkat bantu jalannya untuk menuruni tangga.

sekarang ia berdiri di depan pintu, menatap minho yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum kecil.

minho menyerahkan paw ke dalam pelukan seungmin.

“halooo paw, udah sehat, ya?” seungmin menyapa hewan berbulu tersebut. kemudian dilanjut dengan membubuhi kucing tersebut dengan ciuman.

“oh iya, kamu bawa jas hujan?”

“ngga...”

“tunggu,” seungmin masuk membawa paw dan keluar dengan membawa jas hujan.

“dibawa aja, takutnya di jalan hujan. sekarang kamu pulang.” final seungmin. kemudian ia kembali masuk.

minho melihat bahwa seungmin masih peduli dengannya. maka dari itu ia belum menyerah.

ia melihat bayang bayang seungmin dari balik gorden— seungmin nampak kegirangan bermain dengan kucing yang ia bawa. minho tersenyum lega.

di dalam sana, seungmin merapalkan kalimat yang sama berulang kali. yaitu, “jangan hujan, nanti ino sakit.” tanpa sadar, seungmin sedikit lantang dalam mengucapkannya. sehingga terdengar samar-samar oleh minho.

“kalo masih peduli, jangan denial, seung.” minho bermonolog.

sampai pada akhirnya hujan mulai semakin lebat. seungmin iseng melihat ke luar jendela, ternyata masih ada minho yang baru akan memakai jas hujan yang seungmin beri— dengan kondisi baju yang sudah basah.

seungmin bergumam, “hujannya udah dari tadi, berarti ino di situ hujan-hujanan?”

seungmin berjalan perlahan menuruni tangga.

ia berdiri di ambang pintu, “kak! kenapa belum pulang?” ucapnya setengah berteriak.

lagi-lagi minho hanya menanggapi senyuman yang entah apa maksudnya.

“kalo ga jawab, aku yang kesana!”

“disitu aja, hujan.” kata minho.

“sini kak, nanti sakit!”

“mau pulang dulu. pintunya dikunci ya, seung.”

seungmin susah payah berlari menghampiri minho dan meraih tangannya.

“udah tau hujan, masih aja nyamperin. masuk, seung. badan lu basah semua,”

seungmin menatap minho dengan tatapan sedu. air matanya turun bercampur dengan hujan.

“kenapa nangis?” minho menunduk, sejajarkan wajahnya dengan seungmin.

seungmin menunduk, “ngomong kak, bilang apa yang kamu mau bilang.”

“liat gua dulu coba,” seungmin mendongak, “kenapa nangis?” tanya minho.

seungmin enggan menjawab. maka dari itu minho mendekap seungmin ke dalam pelukannya.

“gua ga bakalan sakit, seung. jangan nyuruh langitnya biar ga hujan, langitnya jangan dimarahin.”

“kamu denger?”

“siapa yang ga denger kalo lu ngomongnya sambil marah marah?”

“kamunya ga mau pulang.”

“abis ini gua balik. boleh ngomong dulu?”

“iya...”

“seung, gua tau banget pasti lu bosen dengernya. tapi gua minta maaf, bener-bener minta maaf. maaf udah bentak bentak lu, maaf karena ga mau cari tau dulu, maaf udah nuduh lu, dan maaf karena udah ngeraguin lu. gua bego banget ya, seung?”

“banget, kak.”

minho sesekali mengecup kepala seungmin, “maaf ya... jangan nangisin gua, ga pantes banget.”

baru saja minho berkata demikian. seungmin justru makin menguatkan tangisannya.

“dibilang jangan nangis. jelek. lu jelek banget kalo nangis.” kata minho sambil menepuk punggung seungmin.

“kak... jujur aku kecewa banget sama kamu... tapi... di sisi lain aku nyadar kalo aku cuma mau kamu...”

“seung, tolong suruh gua pergi sekali lagi. kalo sekali lagi lu suruh gua pergi, gua janji bakalan langsung pergi.”

seungmin mengeratkan pelukannya sembari menggelengkan kepalanya, “engga, jangan. aku ga mau. jangan pergi, aku mau kamu di sini aja, jangan kemana-mana.”

“kenapa tiba-tiba berubah pikiran? jangan merasa ga enak, seung. gapapa. jangan pernah ngerasa ga enakan sama hal yang bikin lu sedih.”

“tapi sama kamu lebih banyak senengnya, kak. i feel more more more comfortable when im with you, i feel better when you hug me.”

“kalo banyak senengnya, sekarang lu ga nangis...”

seungmin mengusap air matanya dengan kasar, “aku udah ngga nangis. tapi janji jangan pergi.”

“i can't handle this. too cute to be mine hahaha.”

“tadi katanya jelek.”

“banget,”

“kak, kita udah baikan?”

“if you kiss me,” pinta minho sambil menunjuk pipi kanannya.

seungmin dengan ragu ragu mencium pipi kanan minho, kemudian memeluknya kembali karena malu.

“yang dicium siapa, yang pipinya merah siapa,”

“kak, kenapa kita ngga pacaran aja?”

“mau emangnya?”

“mau. kalo ga mau, aku ngga bakal nungguin kamu sampai berbulan-bulan.”

“maaf ya, nunggunya kelamaan,”

“kamu jahat..”

“jadi pacar gua ya, seung.”

“ga mauuuuu,”

“itu pernyataan, bukan pertanyaan.”

“ubah jadi pertanyaan dulu,”

“seung, jadi pacar gua, ya?”

“maaaauuuuuu!!”