— Awal
lowercase
seperti biasa, kali ini seungmin telat lagi. bedanya, hari ini dia tidak sempat membuka handphone untuk sekedar mengumpat atau memberi pesan pada temannya.
ia pasang headsetnya untuk mendengarkan musik supaya tetap tenang. beruntung, hari ini tidak macet, kalau macet— ahhh tamat sudah. tapi, tetap saja, ia sampai di sekolah ketika gerbang baru saja ditutup tepat saat ia baru memarkirkan motornya.
seungmin memutuskan untuk membeli minum sebentar, “mas, masnya kok ngga masuk?” tanya ibu penjaga warung.
“saya telat bu, itu gerbangnya udah ditutup juga lagian.” jawab seungmin.
ibu penjaga warung kemudian melihat dasi yang dikenakan seungmin, “ohh masnya kelas 10? pantesan belum tau,”
seungmin menatapnya bingung, “di sini gerbang tutup jam 7 pagi, tapi pelajaran dimulainya pas jam setengah 8 toh, mas?” seungmin mengangguk cepat, “iya, bu, bener.”
ibu penjaga warung menunjuk gang kecil samping sekolah, “mumpung masih ada waktu, mas, masnya ke sana aja. nanti ada tembok yang isinya coret-coretan gitu, nah biasanya kalo ada yang telat pasti lewat situ, mas. temboknya ada pijakannya kok terus tembusnya ke belakang kantin. pokoknya ngga tinggi tinggi amat kok temboknya, lagian masnya juga tinggi, pasti nyampe lah..” jelas ibu penjaga penjaga warung.
“hah beneran bu? makasih banyak ya bu, saya kesana dulu, takut makin telat.”
“iya, mas hati-hati, soalnya kadang ada guru yang ke situ buat mergokin murid.”
“sip deh bu, makasih banyak sekali lagi,” seungmin pun berlari ke arah gang kecil lalu mencari tembok yang dimaksud. tak sulit untuk mencarinya, karena tembok yang lain bersih dari coretan, jadi, seungmin dapat langsung mengenalinya.
saat seungmin sedang memanjat, awalnya cukup mudah, namun saat ia ingin menaikkan kakinya yang satu lagi— ternyata cukup sulit. kemudian, ada yang memegang pinggangnya. seungmin kaget, dengan reflek— ia melepas pegangannya pada tembok.
bunyi khas orang jatuh terdengar ditelinganya. “aww.. sakit,” seungmin meringis.
“sakitan mana sama gua? bangun woy,” kata orang yang ditindih seungmin. lantas, seungmin langsung bangun dan membersihkan bajunya yang terkena pasir.
mata seungmin langsung tertuju pada dasi yang dikenakan orang tersebut, 'anjir kelas dua...' batinnya.
“eh, maaf kak maaf, aku reflek lepas pegangan tadi, kaget soalnya kakak megang pinggangku,” jelasnya.
“gua mau bantuin lu, biar cepet, gua juga telat soalnya.”
“ohh... gitu ya? yaudah kakak naik aja duluan, aku bantuin, aku belaka—”
“kaki lu naik pundak gua sini, cepetan, lu duluan,”
“gapapa kak? nanti kotor,”
“bisa nurut aja ngga? jangan kelamaan, nanti ada guru.”
seungmin mengangguk, kakinya ia naikkan ke pundak laki-laki itu dengan perlahan-lahan. tangannya pun berhasil meraih atas tembok— kemudian turun dengan hati-hati.
ia tak sadar bahwa kertas formulir pendaftaran ekskulnya terjatuh dari sakunya, “kertas siapa?” orang itu kemudian membuka lipatan kertas tersebut, “form ekskul? — kim seungmin, sinematografi.” laki-laki itu pun memasukkan lipatan kertas formulir ke dalam tasnya.
sedangkan seungmin berinisiatif untuk menunggu kakak kelasnya tersebut, “kak, ngga naik?” tanya seungmin memastikan.
“lu duluan aja ke kelas, jangan panggil gua, ada guru lagi jalan kesini!”
seungmin jadi merasa bersalah. orang tersebut membantunya, namun, malah terkena masalah karenanya.
sambil berjalan ke kelas, ia merogoh sakunya, “eh? eh? kok form gue gak ada? ahh padahal gue baru minta lagi. ntar gue dimarahin bang abin lagi gara-gara minta form terus,” ia mendengus kesal, “apa jangan-jangan gue ga dibolehin masuk sinem nih tandanya?” lanjutnya sambil mengedikkan bahu.
seakan tersadar, seungmin menepuk jidatnya, “tuh kan! mana gue ga tau nama kakaknya,”
sedangkan laki-laki tersebut dibawa ke ruangan osis oleh guru yang memergokinya— dan untungnya ia bertemu temannya yang juga osis, jadi, laki-laki itu bisa bernegosiasi mengenai hukumannya.
alih-alih mendapat hukuman, laki-laki itu malah memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruangan osis sambil memperhatikan kertas formulir milik adik kelasnya tadi.
“hobi fotografi, stargazing, kulineran... alasan masuk ekskul... kata abang, kalo saya masuk ekskul ini, terus ekskulnya rajin, bakal dibeliin kamera baru” laki-laki itu tertawa kecil, “terlalu jujur,” sambungnya.
“lu baca apaan, ho?” ucap temannya yang baru memasuki ruang osis, lagi.
“ini, ada form ekskul anak kelas satu, kebetulan jatoh. mana pas banget lagi, dia mau masuk ekskul sinem juga,” jawab minho yang masih setengah tersenyum.
“kok lu bisa ketemu dia? namanya siapa?”
“tadi, dia telat, gua telat, bin. terus gua bantuin dia manjat tembok samping, eh kertasnya jatoh,”
“bego hahaha, lu bantuin orang tapi lu sendiri yang ketangkep,”
“makanya anjir, tadi ada drama jatoh soalnya,”
“btw tadi gua nanya, namanya siapa?”
“kim seungmin, bin.”
“hah? itu adek gua, ho,” kata changbin.
[ to be continued ]